lundi 2 juin 2008

Terapung Kembali

Apa yang dirasakan seseorang ketika perasaan yang sudah tidak bisa apa-apa dan hanya bisa berharap datangnya semua keajaiban dan mujizat dengan berdoa berlutut kepada Yang Maha Esa? Apakah ia akan tertawa karena sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa? Atau dia akan sedih dan terus memikirkannya?

Kurva senyuman yang terbentuk, perlahan-lahan kembali luntur ketika harus menghadapi sesuatu yang dianggap sulit. Terutama ketika usaha sudah diberikan secara maksimal, namun hasil yang didapatkan tidak sesuai yang diinginkan atau dibayangkan. Jatuh dari tebing memang menyakitkan, namun disaat bangkit dan menuju ke atas lalu kembali jatuh lagi apakah akan lebih menyakitkan dari pertama kalinya jatuh? Sebuah pertanyaan yang sepertinya simpel namun sukar untuk diperoleh jawabannya.

Banyak yang berkata, jatuh pertama kali akan lebih menyakitkan ketimbang jatuh untuk kedua kalinya. Hal itu diungkapkan karena kita sudah mengalami hal tersebut, sehingga ketika kembali jatuh untuk yang ke sekian kalinya, yang bukan merupakan hal pertama lagi sehingga dapat ditemukan cara untuk mengantisipasi agar jatuhnya tidak terlalu sakit. Tapi apakah dalam realitas seperti itu? Atau justru jatuh untuk yang ke sekian kalinya akan terasa lebih piluh dan perih seakan-akan luka yang disiram oleh air laut?

Luka yang sudah ada, rasa ketakutan yang sudah merekat dan perlahan-lahan mulai menutup. Ketika kembali terjatuh, seakan-akan semua hal yang buruk dimasa lalu dimana sudah tertutup dan terkunci, terbuka dengan sendirinya tanpa ada yang meminta. Sesuatu yang sudah terkubur di dalam hati, perlahan-lahan mulai terapung kembali. Aku tahu bahwa setiap kejadian di masa lalu baik itu negatif atau positif akan ada makna tertentu di masa mendatang. Hal yang harus dijalankan sekarang, adalah yang terbaik diberikan oleh Allah SWT. Tetapi apakah diriku salah ketika aku kembali merasa ada sesuatu yang menjanggal di hati ini?

Aucun commentaire: