lundi 30 novembre 2009

Rain starting to fall

Langit perlahan-lahan mulai meneteskan air matanya. Hingga pada akhirnya ia menangis kencang yang membuat orang-orang disekitar menjadi kewalahan dengan mencari tempat untuk berlindung diri dari tangisannya.

Aku termasuk salah satu orang tersebut yang sedang dibanjiri oleh tangisan dari langit. Dibawah payung, aku berpikir. Mengapa langit kembali menangis disaat yang sama dengan keadaan tahun lalu? Disaat ketika aku sedang berada di suatu acara yang cukup fenomenal bernama 'JAZZ Goes to Campus' Aku memang cukup sering memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, karena hujan adalah kejadian alam yang tidak ada seorangpun bisa memprediksi atau menghalangi agar tidak terjadi.

Dibawah langit yang hujan deras, aku tidak sendirian. Aku ditemani oleh seorang teman, yang selalu tersenyum dan ceria dalam keadaan apapun. Sehingga hujan yang deras dan suasana malam yang cukup dingin itu tidak menghentikan langkahku untuk menikmati acara tersebut. Angin malam terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi entah kenapa aku merasa hangat dan ikut menjadi semangat melihat dirinya yang ceria.

Ketika aku dan dia sedang menikmati jajanan sambil duduk diujung menunggu puncak acara dimulai. aku melihat tetesan air yang berjatuhan dari langit akibat lampu sorot. Air hujan terlihat begitu halus bagaikan kain sutra. Dalam kegelapan aku mulai berpikir, apa jadinya ketika hujan ini tidak berhenti-henti? apakah ketika aku merasakan sedih, hujan yang membajiri hatiku ini seperti ini?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus mengisi hatiku, hingga aku kembali ke alam sadar ketika temanku menawarkanku untuk makan. Aku menoleh kedirinya, ia terlihat sedang menikmati makanannya sambil terus tersenyum. Senyuman tersebut, membuat hati yang dibanjiri hujan berhenti dan terasa hangat seakan-akan terkena hangatnya sinar matahari.

dimanche 22 novembre 2009

A Smile i want to see

"We will never imagine what a little smile can do!"

Kalimat tersebut terucap secara tidak sadar dari bibirku. Aku tahu bahwa ketika aku sedang sedih, aku selalu berusaha untuk tetap tersenyum. Karena aku yakin, dengan kurva senyuman yang aku bentuk di wajahku ini, walaupun awalnya hanya sebuah rekayasa, namun aku yakin perlahan-lahan akan turun ke hati ini. Sehingga hati yang sedang pilu, akan terobati dan kembali tersenyum.

Pada awalnya, aku mencoba selalu tersenyum apapun kondisiku. Aku akan lebih berusaha untuk tersenyum terlebih lagi ketika suasana hati sedang galau. Aku ingin menunjukkan bahwa aku ini baik-baik saja dan tidak perlu hirauan orang lain. Meskipun aku pahami sekali, senyuman yang kutunjukkan berbeda sekali dengan isi hati. Hati ini dibanjiri oleh tangisan yang tidak seorangpun bisa melihat.

Hal ini bukannya aku lakukan sekedar untuk menipu diri dan tidak menerima kenyataan. Tetapi aku harus kuat, karena aku tidak mau orang mengasihani aku. Aku yakin dari beberapa orang yang mengasihani aku tersebut, justru mereka tertawa dalam hati. Ya sebut saja aku berpikiran jahat dan negatif. Aku selalu bilang, menerima realitas yang tidak sesuai dengan keinginan kita itu sangat berat. Menerima serangan dengan perisai saja sudah sakit, apalagi tidak menggunakan perisai? aku tak akan bisa membayangkan hal tersebut.

Senyuman yang dibentuk diri sendiri ini tampaknya masih kurang efektif. Suasana disekitar akan terus ceria, sehingga akupun terdorong untuk ikut ceria daripada berdiam diri dan memikirkan hal-hal yang memang belum ada jawaban. Aku selalu bertanya? ada suatu lubang puzzle didalam diriku ini yang aku telah cari-cari jawabanya selama 4 tahun terakhir ini. Tetapi hingga detik ini aku tidak bisa memberikan jawaban apapun sampai suatu saat, tiba-tiba aku melihat pecahan puzzle tersebut. Iya, aku dapat melihatnya meskipun masih jauh untuk kujangkau. Tetapi melihat serpihan puzzle itu, memberi aku sedikit cahaya. Cahaya yang dinamakan "Harapan".

Cahaya itu tak lain adalah senyuman. Namun bukan senyuman yang aku buat sendiri untuk meyakinkan diriku bahwa ini semua baik-baik saja. Tetapi senyuman yang tulus dan ikhlas yang dipancarkan oleh seseorang. Senyuman itulah yang dapat meringankan rasa galau dan beban yang telah aku pikil. Aku yakin, senyuman tersebutlah merupakan puzzle yang penting untuk hati ini. Bukan hanya untuk diriku tetapi aku yakin ini berlaku untuk semua insan di dunia ini.

jeudi 12 novembre 2009

Searching for the light

Aku yakin disaat sekitar kita menjadi gelap gulita. Disaat keputusasaan menghinggap dihati setelah melewati masa-masa dimana kita memberikan seluruh jiwa raga kita hanya untuk hal tersebut, disitulah suatu cahaya yang disebut dengan harapan akan mulai menampakkan dirinya. Cahaya tersebut akan mengangkat dan memberikan jawaban dari pertanyaan yang kian beterbangan di alam pikiran.

Jawaban yang diberikan tidak akan pernah kita duga. Jawaban tersebut baru muncul ketika kita bisa menerima realitas dengan hati yang lapang. Aku yakin disaat kita mulai berpikiran bahwa ini adalah batas maksimum yang kita berikan, disana pula sebenarnya letak jawaban yang kita cari-cari. Karena pada dasarnya semua keinginan dan harapan itu akan selalu ada kesempatannya. Hanya saja, kadang-kadang kita terlalu buru-buru mengambil kesimpulan sehingga tidak bisa melihat kesempatan yang ada.

nenek perrnah bilang
"The possibilites is close to zero, but is not zero at all..."

Kemungkinan hal itu terjadi mendekati nol, tetapi jauh dari nol. Makna yang tersirat dari kalimat ini sebenarnya hanya ingin menunjukkan bahwa walaupun suatu harapan itu tipis, tetapi bukan berarti tidak ada. Sebuah keajaiban atau mujizat bisa selalu terjadi, bahkan disaat ketika kita melihat semua harapan itu telah sirna, maka keajaiban itu masih bisa muncul. Karena sesungguhnya tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depan. Yang kita bisa lakukan cuman berusaha dan berdoa.

Mencari cahaya ketenangan dan penerangan hidup harus dimulai dari diri kita sendiri. Aku yakin ketika kita bisa menerima realitas dan memaknai secara positif semua kejadian yang menimpa kita, maka kita akan bisa berpikir lebih logis dan jernih. Hanya saja, kita lebih sering terburu-buru sehingga mengambil suatu keputusan yang sedikit diluar pemikiran orang normal.

jeudi 5 novembre 2009

Words are not enough

Aku selalu bertanya kepada diriku dan teman-teman sekitarku. Bagaimana caranya agar persiapan mental dalam menghadapi hal yang sebetulnya sudah merupakan niat dari hati yang paling dalam menjadi lebih matang. Aku sudah yakin akan keputusanku, apapun yang terjadi akan kulakukan niatku. Namun tak sedikit yang bertanya, apa gunanya tindakanku ini dimana dari sudut pandang mereka, bahwa hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah namun justru akan membuat diriku semakin bingung.

Aku selalu yakin bahwa tindakan yang akan kulakukan ini bisa membuat hatiku lega. Sehingga aku bisa menutup halaman ini, dan membuka sebuah chapter baru dalam hidupku. Namun pertanyaan dan penjelasan teman-temanku membuat aku menjadi tidak yakin akan keputusanku

Aku ingin bergerak ke depan, aku tidak ingin hidupku statis. Empat tahun dalam hidupku, sudah kugunakan untuk hal yang sampai sekarangpun aku tidak melihat manfaatnya. Memang 2 hal ini adalah 2 permasalahan yang beda, namun sangat erat hubungannya dengan masa laluku yang penuh dengan penyesalan. Terlalu sering aku berpikir, tanpa menyadari bahwa waktu terus berjalan dan kehidupan pun terus bergulir. Iya, aku harus bergerak, meskipun pelan tetapi aku harus mengambil langkah pertama untuk maju.

Nenek pernah bilang.
"Sometimes words are not enough to show that you remember, respect or love someone..."


Teringat akan kalimat tersebut, aku kembali mengumpulkan rasa percaya diriku. Hari demi hari aku mencoba meyakinkan diriku, bahwa hal yang kulakukan adalah yang terbaik untuk memberitahukan sebenarnya apa yang terjadi di dalam hati ini yang sedang bergelut resah. Seuntai kalimat tidak akan cukup, aku harus bisa memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kalimat yang dapat mensimbolisasikan semua ucapan yang ingin diutarakan.

Berpikir dalam keraguan, akhirnya teman-temanku memberi bantuan moral. Mereka tahu aku ingin mengakhiri semua ini, meskipun dalam hati yang paling dalam masih terbesit cahaya kecil. Namun hal ini harus berhasilkan dikeluarkan agar perasaan gundah ini bisa hilang. Aku sangat berhutang budi kepada teman-temanku.

Malam sebelum tertidur, tatapan mataku terasa hampa. Aku tidak tahu apa yang kurasakan. Aku tidak sedih, namun tentu tidak bisa ketawa. Yang kulakukan hanyalah merebahkan diri di tempat tidur sambil menatap cahaya lampu kamar. Perasaan seperti berputar-putar, perasaan ingin menangis, namun aku tahu tidak ada gunanya. Aku sudah tahu bahwa hal ini akan sakit, namun ternyata, "it's more painful than i had anticipated."