vendredi 28 août 2009

Hidden Problem

Aku selalu kagum terhadap orang yang mempunyai masalah tetapi tidak menunjukkannya di kehidupan sehari-hari. Orang yang tahu masalah tersebut hanyalah orang yang dekat dengannya. Tersenyum ketika suatu masalah datang, tidaklah mudah. Aku tahu, karena aku selalu mencoba untuk memajang kurva senyuman yang tersirat dari wajahku agar orang lain tidak perlu tahu bahwa aku sedang mempunyai masalah. Namun, orang yang sudah terlanjur masuk ke dalam ceritaku untuk membantu baik dari segi menjadi pendengar dan memberi pendapat, ia akan tahu bahwa semua senyuman yang aku tunjukkan tersebut hanyalah kamuflase belaka.

Aku selalu berpikir, orang lain tidak perlu tahu masalah yang aku alami sebenarnya. Yang mereka perlu tahu, hanyalah sosok aku yang selalu mencoba untuk ceria dalam keadaan apapun. Kadang-kadang aku berpikir, bahwa aku berhasil menipu mereka. Namun pada faktanya, orang yang sedang berusaha untuk tersenyum ketika ada masalah, ia pasti dapat melihat jelas bahwa sebenarnya hatiku ini sedang menangis dan ingin menjerit meskipun senyuman terlihat jelas dengan mata telanjang.

Kuburkan masalah di depan orang lain. Khususnya mereka yang memang tidak perlu atau tidak mau tahu dengan urusan aku. Aku pun mengerti, kata 'kasihan' yang keluar dari mulut mereka, tidak lebih hanyalah sebuah basa basi atau sebuah kalimat spontan yang keluar dari mulut untuk bersimpati. Aku tahu juga, meskipun hal itu basa basi namun sangat penting, apabila basa basi tersebut tidak terlontarkan, maka masalah kecil bisa menjadi masalah besar yang disebut dengan tidak ada rasa simpati antara satu dengan yang lain.

Lalu? apakah menyembunyikan masalah itu positif atau negatif? kurasa dalam hal ini, tergantung dari permasalahan yang dialami. Ada kalahnya memang, aku harus menyelesaikan semua masalah itu sendiri. Aku yang membuat masala itu, aku juga yang harus mengakhiri semua. Namun disatu sisi, adakalah kita harus mengeluarkan rasa kesal emosi agar orang yang bersangkutan dapat mengerti apa yang ada dalam pikiran kita.

vendredi 21 août 2009

Feeling Miserable

Aku selau bertanya ke diriku sendiri, apa semua itu perlu alasan khusus? ketika tiba-tiba, terasa gejolak di hati untuk berteriak dan tertawa keras. Ingin aktif dan tidak bisa diam, namun sedetik kemudian perasaan itu bisa berubah 180 derajat tanpa alasan khusus. Apa hal itu masuk akal? atau pada dasarnya alasan tersebut memang ada di dalam hati, hanya saja kita mencoba untuk bertahan dengan tersenyum. Tersenyum apapun perasaan yang aku rasakan saat itu.

Perasaan tidak enak tiba-tiba melintasi pikiranku lalu menghingap di hatiku. Yang membuat diriku menjadi tidak semangat. Aku selalu bingung, kenapa hal ini terjadi kembali? padahal perjalanan hidupku dalam bentuk kurva mulai meningkat, tidak banyak tetapi setidaknya ada peningkatan dari sebelumnya. Tetapi tanpa ketukan pintu atau angin apapun, aku tiba-tiba merasa sedih dan ingin menangis. Menangis untuk apa? Sedih karena apa? sungguh aku tidak mempunyai akan jawaban itu. Tetapi itu perasaan yang akhir-akhir suka mampir sedikit lama di hatiku, yang membuatku kembali merenung.

Renungan itu membuka semua luka yang berhasil kututupi. Aku tahu bahwa luka itu membekas dan tidak akan pernah sembuh secara total, tetapi setidaknya dengan menyandang luka itu, aku masih bisa berjalan menegakkan kepala menghadapi apa yang akan terjadi.

Pernah merasa ingin tertawa dan menangis disaat bersamaan? perasaan seperti apakah yang membuat kita merasa dua hal itu bersamaan? Akhirnya aku mengerti kapan perasaan itu akan melanda pikiran kita. Perasaan itu muncul ketika aku mencapai suatu titik puncak yang sudah sangat tidak ada harapan, aku tertawa karena karena pada saat itu aku pasti sedang meyakinkan diri ku, bahwa semua akan baik-baik saja, dimana akhir dari kalimat itu, aku sadar bahwa memang sudah tidak ada harapan. Maka dari tertawa yang mencoba menghibur diri, akhirnya berubah menjadi perasaan ingin menangis.

Ini kah perasaan yang disebut dengan 'Miserable?'

Aku rasa, kalimat miserable memiliki makna bahwa semua tindakan yang aku pilih dan percaya lakukan seakan-akan tidak didukung oleh langis. Sehingga aku tidak tahu lagi tindakan seperti apa yang aku harus pilih. Aku hanya bisa memendam perasaan ini dengan perasaan 'Miserable'

mercredi 12 août 2009

Decision Making

aku selalu berpikir, ternyata mengambil sebuah keputusan itu sangat susah. Apa memang sebelum mengambil keputusan itu, kita harus melihat variabel-variabel yang ada untuk mendukung keputusan yang akan kita ambil? aku rasa tidak akan selalu begitu. Pada dasarnya, ada suatu bunyi di hati yang hanya bisa didengar oleh indera perasa. Yang mengatakan bahwa keputusan inilah yang harus kita ambil, meskipun variabel-variabel yang telah terkumpul mengatakan yang bertentangan. Kenapa bisa begitu?

Sebuah keputusan itu memang harus ditentukan oleh diri kita sendiri dan bukan orang lain. Orang-orang disekitar kita memang bisa memberi pendapat, pendapat dimana menurut mereka adalah yang terbaik buat kita. Aku tahu dan sangat menyadarinya, bahwa penilaian orang lain terhadap kita lebih pure dan asli ketimbang kita nilai diri kita sendiri yang pasti kita hanya akan melihat dari sisi yang kita inginkan saja.

Mendengar pendapat orang lain memang penting, itu bisa menjadi sebuah informasi yang akan mempertimbangkan keputusan apa yang akan kita ambil untuk langkah berikutnya. Namun suara hati memang tidak bisa bohong, walaupun seribu pendapat mengatakan itu adalah langkah yang salah dan hanya buang-buang waktu, tetapi aku tetap memutuskan keputusan yang aku buat sendiri, karena itulah keputusan yang berasal dari hatiku yang penuh dengan perasaan tanpa ada pendapat orang lain.

Aku tahu, keputusan itu mungkin salah dan suatu hari nanti mungkin akan terucap kalimat 'i should have listen to them.' Tetapi yang harus di garis bawahi disini adalah, ketika keputusan itu kita ambil dengan kepercayaan dari apa yang kita rasakan, aku rasa kita akan merasa lebih tentram karena ini memang keputusan kita sendiri, sehingga tidak ada kata penyesalan terhadap orang lain. Aku disini akan diajari untuk lebih mempercayai diri dan bertanggung jawab dengan tindakan keputusan yang aku ambil, dimana apabila bukan dari suara hati, kalimat yang sudah tidak asing akan terdengar sepanjang masa. 'Seharusnya gua dengerin kata hati gua...'

Aku telah mengambil sebuah keputusan. Keputusan dimana hampir semua orang yang kutanyakan pendapat, menganggap aku hanya membuang-buang waktu menunggu seseorang yang tidak jelas buat apa aku tunggu. Aku menunggu atas keputusanku ini. Aku memilih untuk menunggunya. Memang tidak ada batas waktu yang ditentukan, tetapi aku akan coba menunggu. Pintu itu tidak tertutup, namun tidak terbuka lebar. Cahaya itu mendekati redup tetapi tidak redup sama sekali. Aku akan mempercayai, berharap terhadap sinar cahaya yang kecil itu. Aku yakin di dalam hatiku yang paling dalam, aku belum kalah. Aku masih punya 1000 kesempatan sampai tiba waktunya, dimana cahaya itu akan semakin redup, atau akan menjadi lebih terang dari sebelumnya.

mercredi 5 août 2009

Taking Chances

Apabila kita cukup beruntung, kita akan menemukan bahwa alam semesta ini sudah cukup baik memberikan kita kesempatan kedua dalam kehidupan. Pada dasarnya, aku selalu percaya bahwa kesempatan itu akan selalu ada meskipun memang diberikan dengan cara yang berbeda.

Semua memori yang terlindungi mempunyai detak jantung, sebuah frame yang melindungi emosi dari suatu kalimat atau kata yang sama yang dihanturkan oleh orang yang sama. Kita mencoba menangkap dan mengingat hal-hal kecil sebelum kita sempat sadari bahwa itu merupakan suatu peperang yang sia-sia melawan waktu. Tentu kita pasti ingat jelas bagaimana perasaan hati ketika kekecewaan datang menghinggap. Atau semangat yang kita rasakan ketika menyentuh detail-detail kecil mengenai seseorang, tetapi semua itu tidak akan sama seperti awalnya. Dalam waktu beberapa bulan, tahun, kita akan dikejutkan bagaimana sebuah kalimat tersebut akan menghiasi kalimat yang kita sering sebut 'Pengalaman'

nenek pernah bilang
'An interesting life is full of questions. A boring life is full of answers..'

Semakin banyak pertanyaan yang datang dalam kehidupan, semakin membingungkan. Tetapi karena hal itu lah kita berkembang. Berkembang dan bertemu berinteraksi dengan orang lain, kita dituntun secara diluar kesadaran kita agar terus mencari makna yang tersirat dalam perjalanan hidup ini.

Waktu memang akan menghapus semua pikiran kita. Waktu juga yang akan menentukan apa sifat kita menghadapi masalah tersebut bisa menjadi sebuah bekal agar kita bisa menjadi lebih tegar dalam memahami arti kehidupan ini? Aku yakin dan percaya, bahwa kerangka yang kita bentuk untuk melindungi detak jantung kita ini. Maka pengalaman baik buruk ataupun bagus sangat dibutuhkan.