Kembali termenung dan merasa jenuh dengan kegiatan sehari-hari. Sepertinya semua yang kukerjakan hanya itu-itu saja, walaupun pada faktanya aku tahu bahwa aku melangkah ke depan ke arah yang lebih baik. Perasaanku menggantung, ketika rasa kesepian kembali mengisi hidupku walaupun berada ditengah keramaian. Apakah aku masih belum menerima lingkunganku? atau justru lingkunganku yang tidak bisa menerima diriku?
Percaya bahwa hari esok akan lebih baik dari kemarin, aku terus melangkah ke depan dan memasuki medan pertempuran. Aku selalu berpikir, bahwa aku tidak sendiri. Akan selalu ada teman-teman yang akan membantuku ketika diriku sedang penuh dengan luka. Namun aku melupakan suatu hal, ketika aku terluka, disaat bersamaan keadaan mereka tidak jauh beda dengan diriku yang penuh luka. Pada akhirnya, masing-masing orang lebih menahan rasa sakit itu di dalam hati dan berusaha menunjukan ke pihak luar, bahwa luka ini tidak terasa.
Aku sudah mengerti, dan cukup paham bahwa kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia diciptakan untuk saling membantu, namun pada faktanya dalam perjalanan itu tidak sedikit bahwa kita akan berada dalam kesepian. Orang-orang yang disekitar kita tidak akan selalu sama. Seperti halnya kita berjalan dan di sebuah persimpangan kita bertemu dengan orang, namun cepat atau lambat kita harus meninggalkan simpangan tersebut dan melanjutkan kehidupan dimana disuatu saat akan menemukan suatu persimpangan yang baru dan menemukan orang-orang baru. Hal itu sangat kupahami dengan jelas, berhubung perjalanan hidupku yang selalu pindah tempat.
Bagaimana caranya agar hati ini tidak berbohong? aku merasa perlahan-lahan mulai mengkhianati diriku sendiri yang telah berjanji akan berpegang teguh akan pendirianku. Bagaimana caranya agar aku selalu berpegang teguh akan keputusannku. Apakah aku termasuk orang yang tidak jelas akan tujuan ke depan?
Aku masih coba bertahan, dan tetap berpegang akan apa yang telah kujanjikan dalam hati. Tetapi jujur berkata, keadaan tidak semudah yang dibayangkan. Hari demi hari, aku merasa diriku ini telah mengkhianati janji diriku sendiri.
Percaya bahwa hari esok akan lebih baik dari kemarin, aku terus melangkah ke depan dan memasuki medan pertempuran. Aku selalu berpikir, bahwa aku tidak sendiri. Akan selalu ada teman-teman yang akan membantuku ketika diriku sedang penuh dengan luka. Namun aku melupakan suatu hal, ketika aku terluka, disaat bersamaan keadaan mereka tidak jauh beda dengan diriku yang penuh luka. Pada akhirnya, masing-masing orang lebih menahan rasa sakit itu di dalam hati dan berusaha menunjukan ke pihak luar, bahwa luka ini tidak terasa.
Aku sudah mengerti, dan cukup paham bahwa kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia diciptakan untuk saling membantu, namun pada faktanya dalam perjalanan itu tidak sedikit bahwa kita akan berada dalam kesepian. Orang-orang yang disekitar kita tidak akan selalu sama. Seperti halnya kita berjalan dan di sebuah persimpangan kita bertemu dengan orang, namun cepat atau lambat kita harus meninggalkan simpangan tersebut dan melanjutkan kehidupan dimana disuatu saat akan menemukan suatu persimpangan yang baru dan menemukan orang-orang baru. Hal itu sangat kupahami dengan jelas, berhubung perjalanan hidupku yang selalu pindah tempat.
Bagaimana caranya agar hati ini tidak berbohong? aku merasa perlahan-lahan mulai mengkhianati diriku sendiri yang telah berjanji akan berpegang teguh akan pendirianku. Bagaimana caranya agar aku selalu berpegang teguh akan keputusannku. Apakah aku termasuk orang yang tidak jelas akan tujuan ke depan?
Aku masih coba bertahan, dan tetap berpegang akan apa yang telah kujanjikan dalam hati. Tetapi jujur berkata, keadaan tidak semudah yang dibayangkan. Hari demi hari, aku merasa diriku ini telah mengkhianati janji diriku sendiri.