samedi 25 juillet 2009

Nama Orang Indo (joke)

Pandai menanam bunga, diberi nama Rosiman.
Pandai memperbaiki mobil, diberi nama Karman.
Pandai main golf, Parman.
Pandai dalam surat korespondensi, Suratman.
Gagah perkasa, Suparman.
Kuat dalam berjalan, Walkiman.
Berani bertanya, Asman.
Ahli membuat kue, Paiman.
Pandai berdagang, Saliman.
Pandai melukis, Saniman.
Agar jadi orang kaya, Sugiman.
Agar jadi orang yg berbudi luhur, Budiman
Agar besar nanti pandai cari muka, Yasman
Suka begituan, Pakman
Suka makan toge goreng, Togiman
Selalu ketagihan, Tuman
Suka telanjang, Nudiman
Selalu sibuk terus, Bisiman
Biar selalu beruntung .... Lukman
Biar pinter main game .... Giman
Biar bisa sering cuti .... Sutiman
Biar jadi juragan sate .... Satiman
Biar jadi juragan trasi .... Tarsiman
Biar pinter memecahkan problem .... Sukarman
Biar kalau ujian ndak usah mengulang .... Herman
Biar pinter bikin jus .... Yusman
Biar jadi orang yang berwibawa .... Jaiman
Biar jadi pemain musik .... Basman
Biar awet muda .... Boiman
Biar pinter berperang .... Warman
Biar jadi orang Bali .... Nyoman
Biar jadi orang Sunda .... Maman
Biar lincah seperti monyet .... Hanoman
Biar jadi orang Belanda .... Kuman
Biar tetep tinggal di Jogja .... Sleman
Biar jadi tukang sepatu handal .... Soleman
Biar tetep bisa jalan walau ndak pake mesin ....Delman

dimanche 19 juillet 2009

Executive Decision

Berpikir sebelum melangkah, apa melangkah terlebih dahulu baru berpikir setelah itu? Yang mana dari kedua kalimat itu lebih sesuai dengan gaya kehidupan kita? Kedua kalimat diatas memang tidak ada yang salah, hanya saja adakalahnya kita harus berpikir jauh terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan, namun adakalahnya berpikir terus menerus membuat kita statik sehingga tidak berani mengambil suatu langkah yang pada akhirnya membuat kita hanya diam di tempat yang sama untuk waktu yang lama.

nenek pernah bilang
"thinking too much won't get u anywhere. Take the first step, and let it flow.."

Dalam dunia ini tidak ada suatu hal yang pasti, tidak ada suatu hal yang akan selalu sesuai dengan keinginan kita. Sehingga seberapa kerasnya kita berpikir, adakalahnya kita akan bertanya-tanya terus, tindakan yang mana yang terbaik buat kita. Ketika tenggelam dalam alam pikiran, tanpa kita sadari waktu terus berjalan sehingga kehidupan selama kita berpikir tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Mengambil satu keputusan, walaupun keputusan itu masih berupa tanda tanya yang besar. Dengan mengambil keputusan itu bukan berarti kita mendapatkan jawaban tetapi bisa jadi menimbulkan seribu pertanyaan lainnya. Namun pertanyaan itulah yang akan membuat kehidupan kita berkembang, karena ada sebuah jawaban yang harus dicari.

Aku selalu berpikir bahwa ketika orang sedang dilanda asmara, pengambilan keputusan yang akan bisa membuat seorang pria menangis atau tersenyum itu berada ditangan seorang wanita. Ketika pria tersebut berani mengungkapkan perasaannya, didetik yang sama wanita menjadi penguasa segalanya. Wanita yang akan membuat kurva senyuman di pria menghilang atau justru menjadi lebih mekar. Itu memang sudah tugas seorang pria untuk mengejar wanita yang dipujua, untuk membuat wanita itu merasa di awang-awang kebahagian. Wanita patut di puji dan dikejar, dan pria lah yang harus mengejar mereka. Pesanku untuk para wanita, janganlah kalian menangis hanya untuk seorang lelaki.

Kembali ke dalam pembahasan awal mengenai keputusan. Aku selalu berpikir, wanita memang merupakan kunci terakhir atas jawaban dari keputusan yang diambil oleh seorang pria ketika ia mengungkapkan perasaannya. Namun, setelah aku merenung, satu kesimpulan yang aku bisa ambil. Memang wanita yang mengambil keputusan akhir apabila ia mau sama pria tersebut atau tidak, tetapi sebelum semua itu. Para pria lah yang mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, apakah ia akan mengejar atau tidak. Mereka lah yang menentukan, apabila jawabannya tidak. Maka tidak akan ada cerita yang terjadi.

samedi 11 juillet 2009

Cerita Pendek 2

LiLin itupun Padam

Laki-laki itu datang tergesa – gesa, tampak matanya menjelejahi tempat ini, sepertinya ia mencari seseorang. Lama ia terdiam mencari namun sepertinya orang yang ia cari tidak ada. Sembari menghela nafas ia pun berjalan ke meja di pojok kafe ini, tampak sebersit sinar kekecewaan nampak di wajahnya yang polos.

Setelah ia duduk ia pun segera memesan minuman, seperti biasa katanya kepada pelayan yang menghampiri sembari tersenyum yang dipaksakan, sepertinya ia nampaknya sudah biasa datang ke kafe ini dan pelayan pun hafal akan pilihan pesanannya, dan ia pun kemudian menambahkan untuk memesan satu tambahan yang biasa lainnya, kemudian pelayan itu pun mengangguk, tersenyum dan meninggalkan laki-laki tersebut.

Laki-laki itu duduk dengan gelisah, tangannya terus mengaduk- aduk cafee-latte krim pesanannya. Ia masih menunggu seseorang hanya ditemani cafee-latee dan sebuah lilin. Nampak sesekali ia menarik nafas panjang, sepertinya ada beban yang sangat berat di pundaknya, yang ingin segera ia lepaskan. Kemudian ia melihat jam ditangannya dan kembali menarik nafas panjang. Sesaat kemudian matanya menyapu seluruh penjuru kafe ini, suasana yang tenang dengan musik yang mengalun lembut semakin romantis dengan sebuah lilin yang menyala di tengah – tengah meja dihadapannya, ia merasa dulu sangat menyukai suasana kafe yang berada dikawasan kemang ini namun sekarang rasanya sangat berat berada disini.

Kemudian matanya menatap keluar jendela dengan menghela nafas ia pun menatap keluar, untaian kilauan cahaya lampu daerah kemang yang mungkin dapat meredakan kegalauan hatinya namun tetap ia merasa gelisah, menunggu.

Cukup lama ia menunggu, dan cukup lama pula ia melamun menatap keluar jendela kafe, entah apa yang ia pikirkan, entah apa yang ia lihat tidak ada yang tahu kecuali laki-laki itu sendiri.

“Maaf membuatmu menunggu.” kata seorang wanita yang tiba tiba berada di depan laki-laki itu, membangunkan laki-laki itu dari lamunannya “Macet.” Kata wanita itu lagi sambil tersenyum.

Laki-laki itu nampak kaget dengan keadaan yang tiba – tiba tersebut, namun kemudian ia tampak dapat menguasai diri. “Aku tahu, aku juga baru sampai.” Katanya sambil menghela nafas.

"Ga mungkin, I know u.."Jawab wanita itu yang sudah kenal sifat laki-laki itu yang selalu tepat waktu. Laki-laki itu hanya tersenyum.

Musik terus mengalun lembut, semerbak wangi sedap malam membuai tetapi mereka berdua kemudian terdiam, terjadi kekakuan diantara mereka.

Wanita itu kemudian mengambil minuman didepannya iced coffee dan meminumnya. “Tadinya minuman itu iced coffee tapi karena kelamaan jadi kopi biasa, rasanya jadi aneh yah?” kata laki-laki itu tersenyum, senyum yang ternyata dapat mencairkan kekakuan yang ada.
“Ah, engga masih enak koq” wanita itu menjawab dengan senyuman, nampak kelegaan di wajahnya karena suasana menjadi cair.

Kemudian laki-laki itu memegang kedua tangan perempuan itu dengan lembut dan berkata “Selamat hari jadi yang kedua, sayang.” Katanya dengan menatap perempuan itu dengan lembut.

“Selamat hari jadi kedua juga, aku gak pernah nyangka kita bila melalui sampai hari ini.” Ucap perempuan itu dengan senyum.

“tak terasa dua tahun itu cepat, dulu kita jadian disini….” Ucap wanita itu dengan lirih, dan melepaskan tangan laki-laki itu.

“Iya.” Ucap laki-laki, pandangannya menatap kedua mata wanita itu..Mereka terdiam kembali, cukup lama masing – masing berada dalam lamunannya sendiri.

“Aku sudah berfikir dan sebaiknya kita menjadi teman saja” Kata sang wanita tiba – tiba, matanya menatap mata laki-laki itu dalam - dalam. “Hubungan kita tidak bisa dipaksakan lagi, rasa cinta itu sudah tidak ada lagi diantara kita..” Wanita itu menarik nafas panjang “Dari pada kita saling melukai, menyakiti satu dengan lainnya lebih baik kalau kita berjalan sendiri – sendiri saja.”

“Aku juga berfikir sama, lebih baik sakit sekarang, daripada terus berhubungan dengan perasaan palsu, lebih baik kita akhiri sekarang.” Kata laki-laki itu tersenyum, senyum yang membingungkan. Gadis tersebut cukup kaget dengan senyum itu, namun dalam hati ia merasa tenang, tenang karena merasa laki-laki itu dapat menerima keputusan putus.

“Sekarang kita bisa mengenang yang indah – indah tanpa ada duri yang mungkin akan ada bila kita tidak mengakhirinya sekarang.” Wanita itu berkata lagi, nampak wajahnya sangat lega.

“Kita tetap menjadi teman?”

“Iya, teman.” Jawab wanita itu

Mereka pun kembali terdiam, hanyut dalam pikirannya masing – masing.

“Aku mau pulang, kamu?” tanya wanita itu.

“Nanti…”
“Oh..”
“Hati – hati” kata laki-laki itu tersenyum, ia tersenyum untuk menghilangkan kekhawatiran wanita tersebut akan keadaan dirinya, ia tersenyum untuk memberi tahu bahwa ia kuat.

“I know” wanita itu tersenyum, senyum yang terakhir.

Laki-laki itu tidak menangis, hanya saja hatinya dibanjiri oleh air. Ia sudah tahu bahwa malam ini akan terjadi sesuatu yg membuatnya harus melangkah ke depan. Laki-laki itu sudah memasang perisai, namun ucapan wanita itu menebus perisai yang dia miliki itu. Sosoknya yang tegar itu hanya sebatas diluar, namun hatinya sehalus kapas. Laki-laki itu tidak sekuat yang ia kira. Sakit, pedih semua menjadi satu.
Tak lama ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk.

"Maaf kalo aku telah nyakitin kamu. Kmu pria yang baik. Aku yakin kamu akan menemukan wanita yang lebih baik dariku."

Membaca pesan itu, laki-laki itu hanya memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam kemudian ia beranjak dari tempat duduknya meninggalkan lilin yang lama – lama sinarnya meredup dan kemudian mati.

vendredi 3 juillet 2009

Cerita Pendek

KEJUTAN dalam KEJUTAN

Waktu telah menunjukkan pukul 2 malam, namun demi mendapatkan nilai bagus untuk ujian esok, diriku masih terus berkutik dengan soal-soal dibuku. Aku tak sabar menunggu esok hari. Selain merupakan ujian terakhir, malamnya aku akan langsung menuju bandara internasional di salah satu negara di benua Eropa untuk berlibur ke tanah air. Hatiku terasa riang dan begitu bahagia, mengingat aku bisa menghabiskan waktu liburanku di Jakarta. Disana, banyak orang-orang penting bagiku yang menunggu. Khususnya ‘dia’, yang bisa membuatku tersenyum dan menangis disaat bersamaan. Disaat kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur, entah mengapa terbayang wajahnya yang sedang tersenyum. Perjalanan pulang ke Indonesia ini pun merupakan hal yang tiba-tiba, aku ingin membuat gadis tersebut terkejut dengan kehadiranku sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Dengan itu aku rela mengeluarkan segenap tabunganku sebesar 2800 euro dari hasil jerih kerja paruh waktu yang kukumpulkan selama 7 bulan terakhir ini. Apapun yang terjadi, aku ingin bertemu dengan dia.


Semakin jauh jarak yang memisahkan kita

Semakin dekat aku merasakan kehadiranmu

Kesendirian ini berubah menjadi kekuatan

Disaat aku memikirkan dirimu



Aku bergegas menuju lobi terminal 2. Kurva senyumanku terbentuk dengan maksimal, dengan penuh semangat aku melangkahkan kaki ke dalam pesawat tidak lupa membeli cokelat mengingat bahwa dia sangat suka dengan cokelat. Aku tak sabar untuk bertemu dan memeluk dirinya. Aku ingin sekali melihat wajahnya yang tersenyum. Terbayang kembali secara jelas wajahnya yang ceria, yang membuat diriku tersenyum-senyum selama perjalanan menuju bandar udara Soekarno-Hatta.

Tiga belas jam telah berlalu. Aku dapat merasakan hawa Jakarta yang sedikit pengap dan panas begitu aku keluar dari belalai pesawat. Namun hawa panas itu tidak bisa membuat senyumanku luntur. Walau sedikit merasa kepanasan dan gerah, namun aku terus menikmati udara ibu kota tercinta. Aku tidak langsung menuju rumah, melainkan ke stasiun Gambir agar dapat melanjutkan perjalananku menuju suatu daerah terpencil. Tujuan utamaku pulang ke Indonesia adalah untuk bertemu dengannya. Sudah hampir 1 tahun aku tidak melihatnya, aku benar-benar tidak sabar untuk melihat wajahnya. Walaupun aku harus melalui antrian yang panjang, namun semua itu tidak mengurung niatku untuk bertemu dengannya.

Tiba di daerah terpencil itu, aku langsung menuju rumah sakit dimana ia berada. Gadis yang kusayang itu adalah seorang dokter, yang telah meraih gelar sarjana kedokteran dan kini sedang melakukan koas agar mendapatkan izin praktek. Aku yakin dia sedang sibuk, namun aku tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan dirinya. Rasa kangen ini meluap secara tiba-tiba yang membuatku melakukan tindakan irasional seperti menggunakan waktu libur 1 minggu ini untuk ke Indonesia hanya untuk bertemu dia dan melihat wajahnya yang berseri-seri. Aku berharap kehadiranku ini tidak menganggu konsentrasinya, aku hanya ingin mengejutkannya dengan kehadiranku yang tiba-tiba.

Aku sedikit menarik napas sebelum menghentakan langkah ke dalam RS tersebut. Entah kenapa, jantungku berdegup kencang dan tanganku bergetaran. Aku memejamkan mata dan menarik napas panjang.

Aku telusuri koridor rumah sakit, mencari sosok dirinya. Apabila aku tidak salah ingat, terakhir kali kita bertukar email, ia mengatakan sedang berada pada stagse jantung. Aku berputar-putar dalam RS yang akhirnya menyerah dan bertanya pada satpam dimana bagian jantung. Aku kembali menelusuri koridor tersebut, namun kini dengan arah yang jelas. Aku memasuki sebuah ruangan, disana terdapat seorang suster yang sedang merapihkan peralatan-peralatan. Melihat diriku, ia spontan bertanya.

“Anu.. suster, apa disini ada mahasiswa kedokteran yang bernama Tania Riani?”

Setelah mendapatkan jawabannya, aku langsung menuju kantin. Kantinnya lumayan besar, terdapat banyak orang yang sedang menikmati makan siang. Diantara keramain, sekilas aku dapat melihat sosoknya yang baru beranjak dari kursi, sehingga aku hanya bisa melihat sosok belakangnya. Ingin sekali aku berteriak memanggil namanya, namun suatu adegan membuatku terdiam membisu. Seorang cowok merangkulnya berjalan keluar dari kantin. Perasaanku mulai tidak enak, namun aku tetap berpikir positif dan mengikuti mereka. Hingga disalah satu belokkan koridor, aku menghentikan langkah melihat mereka berdua yang sedang bertatapan dengan wajah berseri-seri. Aku tidak berani muncul ke permukaan, sehingga aku memilih untuk mengamati keadaan dulu. Aku merasakan ada yang tidak beres.

Aku dapat melihat wajah gadisku itu seperti sedih khawatir akan sesuatu, tak lama setelah itu tangan pemuda itu memegang pipinya sambil merapihkan rambut Tania. Tania pun memegang tangan pemuda itu sambil memejamkan mata seakan-akan menikmatinya. Melihat semua itu, aku hanya bisa diam tidak tahu harus melakukan apa. Tiba-tiba pemuda itu mengkecup kening Tania. Disanalah tenagaku menjadi lemas yang membuat botol aqua di tanganku terlepas sehingga mereka berdua menyadari akan kehadiranku.

“Ikh... Ikhsan?” tanya Tania begitu melihat sosokku. “Kamu kenapa disini?”

Tania berjalan mendekatiku. Aku langsung menjulurkan tanganku sambil berkata ‘stop’

“Ya untuk ketemu kamu, kalo tidak buat apa aku ke purwokerto..”

Tania memberi komentar. “Kenapa kamu gak bilang dulu ke aku?”

“Aku ingin memberimu kejutan untuk ulang tahunmu, tapiii...” aku berhenti sejenak melirik ke arah cowok yang disampingnya. “tampaknya justru aku yang mendapatkan kejutan ya..”

Tania mulai salah tingkah, terlihat ia ingin memberikan penjelasan namun aku langsung bersuara. “Ini keputusanmu.. aku tidak bisa buat apa-apa.”

Aku langsung membalikkan badan dengan gaya seakan-akan tidak apa-apa. Gadis itu tidak mengejarku, namun aku mendengar secara samar-samar ucapan maaf darinya. Setelah keluar dari RS, aku berlari. Tidak lama, hanya sekitar 1 menit. Namun aku berlari sekuat tenaga dengan perasaan kacau dicampur dengan emosi yang sedang kucoba menahan sampai tidak sadar bahwa diluar sedang hujan deras. Wajahku yang tersenyum seminggu terakhir ini menjadi kusam dan tidak ada semangat. Terhenti dari pijakan yang lebih cepat dari biasa. Aku menundukkan kepala, menarik napas dalam-dalam, mengatur perasaan lalu menengadahkan kepala membiarkan air hujan membasahi mukaku dan akhirnya kututup dengan berteriak kencang.