vendredi 30 mars 2012

Friends between Men & Women

Aku selalu berprinsip tidak ada persahabatan antara dua lawan jenis, antara pria dan wanita, karena aku yakin suatu saat baik dari si pria ataupun wanita akan ada perasaan lebih, meskipun banyak dari kita yang memang tidak peka atau tidak menyadari bahwa perasaan itu telah berubah menjadi lebih dalam. Seperti halnya kita kagum terhadap seseorang, yang kadang-kadang kita sudah tidak bisa lihat benang tipis perbedaan antara kagum atau perasaman lain yang menghiasi hati. Tentu, pemikiran seperti ini terbentuk karena pengalaman sendiri dan hasil observasi diantara teman-teman sepanjang hidupku yang sering berpindah-pindah tempat sehingga sudah bertemu berbagai macam bentuk, sifat orang.

Aku mempunyai suatu kebiasaan yang sudah tertanam sejak masa SMU. Disaat aku berkenalan dengan seorang wanita, dengan standarnya kedua mata ini akan menelusuri dari ujung jari kaki hingga ubun-ubun kepala tanpa diperintah. Seakan-akan darah-darah yang mengalir dalam tubuh ini menegur syaraf-syaraf dalam tubuh yang mengalirkan semua informasi ke otak, sehingga tanpa berpikir, secara alami, seorang pria akan langsung menelusuri fisik wanita tersebut. Ya mungkin sebagian banyak wanita menganggap, dasar lelaki yang hanya melihat fisik. Aku sebagai lelaki, mengakui itu adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, hal pertama yang menarik perhatian mata lelaki, sudah bisa dibilang adalah fisik wanita.

Ingat, hanya menarik perhatian lelaki, yang memunculkan keinginan dan menegur hormon-hormon untuk bergerak dan sekedar untuk berkenalan, namun bukan berarti ia akan jatuh cinta hanya karena masalah fisik. Untuk masalah jatuh cinta, itu jauh lebih dari sekedar fisik, seorang pria sejati akan melihat sesuatu yang jauh lebih dalam dari fisik semata. Wanita pun sadar akan hal itu, sehingga tidak sedikit wanita yang mati-matian berusaha agar mempunyai tubuh yang ideal, sekedar untuk memberi tanda, "Hellooo.. i'm here"

Setiap berkenalan, ada tiga lapisan yang menjadi suatu penilaian untuk diriku. Dari awal berkenalan, aku langsung bisa membilah menjadi 3 kategori.
1. Cukup untuk berteman/rekan kerja, hal ini biasanya disebabkan dari perbedaan kepercayaan atau ras, dan pada umumnya hati dengan sendiri langsung mengunci
2. Posisi abu-abu, dalam hal ini masih belum bisa mengambil keputusan, karena entah kenapa dari perasaan, kemungkinan untuk kenal lebih dekat dan berkembang lebih dalam selalu ada. Sehingga apabila berkenalan dan masuk ke dalam posisi ini, pada umumnya hati masih terbuka lebar
3. Pertemanan, ya ini biasanya berkembang dari yang posisi abu-abu namun sudah mulai mengenal yang membuat diriku sadar, bahwa lebih baik berteman. Namun setiap saat bersama, tentu tidak menutupi perasaan berkembang lebih dalam

Kembali membahas persahabatan antara wanita dan pria. Apabila baik seorang pria dan wanita bersama, disaat susah, bahagia, tertawa, sedih, adventuring, exploring, diskusi santai, diskusi serius, saling memperhatikan, aku rasa tidak sedikit dan lama salah satu dari mereka akan yang luluh dan perasaannya akan berkembang, namun banyak yang menutupinya karena tidka mau menghancurkan persahabatan yang sudah dibentuk.

Singkat kata, persahabatan antara kedua lawan jenis, bisa terjadi apabila sudah terjadi sesuatu diantara mereka tetapi mereka bisa 'put aside' masalah itu sehingga berteman kembali, atau diantara salah satunya, ada yang menyimpan perasaan itu.

mardi 20 mars 2012

Final Decision

Akhirnya setelah sekian minggu aku bertanya ke diriku apa yang kumau, sepertinya aku sudah menemukan jawabannya. Bukan, ini bukan jawaban yang aku ambil sekedar untuk meyakinkan diri, namun jawaban yang tiba-tiba muncul ketika aku terbangun di tengah malam. Jawaban nya apa? Aku sendiri tidak tahu pasti, namun yang jelas aku sudah tidak memikirkannya dan hatiku entah kenapa merasa lapang dan jauh lebih ikhlas.

Malam sebelumnya, sebuah berita yang sempat membuatku kembali berpikir kembali. Sesuatu yang pada dasarnya aku sudah tahu, bahwa hidup ini memang penuh ketidakpastian. Pasti akan ada suatu saat, kejadian yang diluar perhitungan kita, sehingga sebelum itu terjadi kita sudah harus mempersiapkan strategi terbaik untuk menghadapi apabila hal itu harus terjadi di masa mendatang. Pada saat titik itu, semua sel sel darahku mengalir menuju pusat otak dan berkompromi akan suatu jawaban yang terbaik buat kedepan, setidaknya ini yang terbaik menurut bisikkan hati, namun apa yang terbaik hanya Allah Swt yang tahu.

Aku menyadari dan mengambil keputusan untuk tidak terlalu tergesa-gesa bergerak ke depan, bukan karena aku takut, tetapi ini untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan untuk terjadi dimasa depan, sehingga aku tidak perlu melibatkan orang terlalu banyak, sehingga aku tidak menambahkan beban hidup keluarga dan aku bisa tegar menghadapinya seorang diri.

Jujur, aku butuh seorang pendamping, dibalik setiap komentar orang yang menilai diriku dewasa, mandiri dan tegar, namun pada faktanya aku hanyalah seorang pemuda yang mudah kecewa, sehingga aku lebih memilih untuk melakukan serba sendiri, meskipun di dalam hati aku sangat mengingkan seseorang berdiri disampingku, dimana setiap aku menoleh aku tahu bahwa aku tidak sendirian.

Perjalanan hidup ke depan tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi. Aku memutuskan untuk bergerak sendiri untuk beberapa bulan kedepan, namun bisa saja itu bukan yang terbaik untuk diriku. Aku tidak akan menutupi kesempatan yang ada di depan mata, aku hanya butuh seseorang yang bisa memahami luar dan dalam dan aku bisa berkeluh kesah bagaikan anak kecil ke orang tuanya. Insan di dunia hanya bisa berencana, Allah SWT yang menentukan dan paling tahu yang terbaik buat diri ini.

mardi 13 mars 2012

never count on it

Mungkin tidak sedikit isi dari catatan ku ini berisi tentang kepahitan yang sedang kujalani dalam hidup ini. Ya mungkin jari jemari ini akan senantiasa menari-menari diatas 26 anak kotak ketika pikiran sedang kalut dan banyak problema yang tidak bisa di bagi secara lisan namun tertata rapi dalam penulisan. Lain hal dengan perasaan bahagia, yang lebih condong lebih cepat bercerita secara lisan ketimbang dituangkan dalam tulisan.

Alasannya mungkin sederhana, karena pada dasarnya aku memang tipe orang yang menutup diri apabila sedang banyak masalah. Untuk sekian kali dalam catatanku ini, aku selalu bilang, tidak semua orang ingin tahu kesedihan kita, dengan bersedih di depan mereka, entah kenapa seakan-akan kita berjalan tanpa sebuah perisai. Apabila bertemu dengan seseorang yang berniat kurang baik, sudah pasti kita akan menjadi jauh lebih terluka.

Kembali lagi perasaan keputus-asaan sempat menyirgap beberapa hari ini. Ya harus kuakui, beberapa minggu terakhir ini, aku memang sedang berada dalam posisi yang lemah, dan seakan-akan hanya aku sendiri yang terluka. Aku yang biasanya tetap ceria di depan orang, akhir-akhir ini justru lebih sering mempertunjukkan sisi lemahku. Jujur, aku tidak suka dengan aku yang sekarang, diriku yang rapuh dan seakan-akan minta diperhatikan oleh orang lain, sehingga aku melupakan sesuatu yang penting, bahwa aku hanya perlu mendoa menengadahkan tangan dan berdoa.

Aku tidak ingin berharap banyak dengan teman-temanku. Pada dasarnya aku orang yang takut dikecewakan, sehingga aku lebih sering memilih bergerak sendiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain. Bukan karena aku hebat dan tidak membutuhkan teman, justru bisa dibilang 100% kebalikan, aku tak ingin perasaan kecewa menhinggap di diriku hanya karena seseorang yang kupercaya tidak bisa berada disana ketika aku membutuhkan mereka, sehingga aku memilih untuk bergerak sendiri. Kita memang punya teman, dan bisa menggantungkan harapan dan meminta bantuan kepada mereka yang dekat dengan kita, tetapi yang harus aku ingat adalah, ketika kita terluka dan membutuhkan mereka, kita tidak pernah tahu kondisi teman kita. Mungkin disaat bersamaan, dia sedang terluka dan membutuhkan support kita juga.

Nenek pernah bilang
"Ask for help, but never count on it.."

Akan selalu kuingat sepenggal kalimat singkat ini, yang pada intinya menunjukkan kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, namun di satu sisi, kita tidak boleh terlalu tergantung kepada orang lain, karena apabila terlalu banyak berharap pada orang lain, kita akan berujung kecewa.

dimanche 4 mars 2012

Tuhan pernah berbisik

Ketika aku kirimkan seseorang padamu,

aku tidak memberikan seseorang yang sempurna

karena engkapun tidak sempurna.

Aku mempertemukan mu dengannya,

sehingga kalian dapat saling berbagi dan bertumbuh bersama.

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya,

yang membawa kebaikan kepada dirimu,

menyayangimu, mengasihimu dengan tulus dan sepenuh hati.

Mengapa harus berlengah

dan mencoba membandingkan dengan yang lain?

Ingat, jangan pernah mengejar kesempurnaan,

karena kelak kmu akan kehilangan yang terbaik

yang sudah kamu raih dan kamu akan menyesal