lundi 27 octobre 2008

Misunderstanding

Sesuatu yang ingin kita sampaikan, namun tidak bisa sampai terhadap orang tersebut. Niat baik dari sanubari ternyata di mata orang yang ingin kita sampaikan, malah justru menjadi hal yang terburuk. Komunikasi yang simpang siur, yang tidak jelas tujuan pembicaraanya membuat orang salah pengertian.

Setiap insan di dunia pasti memiliki masalah. Baik masalah yang ringan ataupun masalah yang sampai membuat dahi kita berkerut. Mungkin masalah yang kita hadapi tidak berat untuk orang lain, tetapi bagi orang yang menerima bisa jadi itu yang terberat. Kadar kriteria masalah yang berat untuk setiap orang berbeda-beda. Memberi pendapat dengan mengucapkan 'i know how u feel' merupakan kalimat yang salah. Mungkin kita pernah mengalami masalah dengan hal yang serupa dengan dirinya. Tetapi letak pertanyaanya, kondisi jiwa raga kita dengan mereka tidaklah sama. Disinilah kehidupan masa lalu menjadi peran utama. Hal-hal yang terjadi di masa lalu, membentuk diri kita yang sekarang. Walaupun titik permasalahan intinya sama, namun mental setiap orang berbeda-beda.

Sebagian orang mungkin bisa langsung melangkah ke depan dengan tidak menoleh ke belakang, namun aku yakin tidak sedikit pula orang yang melangkah sekali-kali akan menoleh ke belakang. Mungkin yang menjadi pertanyaan kenapa harus menoleh kebelakang? apa biar tidak terjatuh dilubang yang sama?

Saling tenggang rasa, kadang-kadang justru menjadi titik awal dimana 'misunderstanding' bisa terjadi. Saling memikirkan satu sama lain, kadang-kadang terjadi salah pengertian yang niat baik justru untuk lawan bicara, malah menimbulkan 1000 pertanyaan lainnya.

Ketika hati sedang panas, aku berusaha menenangkannya. Namun apa yang terjadi? orang tersebut malah menilai bahwa diriku senang dengan keadaannya yang sedang tidak stabil. Disisi lain, ketika hatinya kembali sedang panas, aku berdiam diri dan tidak menyinggung atau bertanya-tanya kepada orang tersebut. Niatku agar dia menenangkan emosi lalu kemudian bercerita dengan hati tenang, malah membuat dirinya menjadi kecewa, karena dimatanya aku tidak peduli dengan masalahnya.

Sungguh ironis permainan di dunia ini. Sepertinya setiap tindakan atau gerak gerik kita itu pasti ada titik kelemahannya. Yang menjadi sasaran sebenarnya bukan apa yang harus kita lakukan ke mereka agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, tetapi kapan kita harus bertindak untuk dapat menenangkan mereka.

dimanche 19 octobre 2008

Pelan namun pasti

Hari demi hari semakin terasa betapa padat dan kurangnya 24 jam. Aku mulai bisa melihat 'deadline dates' yang rasa senang sekarang perlahan-lahan berubah menjadi rasa panik. Seperti halnya siang hari yang secara bertahap menjadi gelap gulita, membuat diriku kehilangan arah.

Aku bertukar pikiran dengan seorang teman mengenai betapa ia merindukan masa-masa ia kuliah. Ia berbicara bagaimana sekarang ini harus selalu berpikir dua kali dan mengkakulasi setiap tindakan kecil dalam masa mendatang. Aku mengakui bahwa ia benar. Aku melihat bahwa jalan selalu ada di depan mata, namun langkah pertama yang aku ambil dari beberapa persimpangan jalan yang tersedia, aku tahu bahwa kehidupan di setiap persimpangan yang kupilih itu akan menghasilkan sebuah perjalanan hidup yang berbeda.

Ayah pernah bilang.
"Hal yang kecil, kadang-kadang justru lebih essential dari apapun..."

Sebuah kalimat namun memiliki banyak makna, setiap mata yang melintasi, memiliki pendapat yang berbeda-beda. Entah pendapat positif ataupun Negatif. Mana yang harus kita percaya? Mana yang harus kita artikan? Mana yang harus kita pilih? Semua itu kita yang mempunyai jawaban terbaik. Pertemuan kesekian kali, apa lebih meyakinkan hati? atau hanya sekedar membuat hati terasa lebih bimbang? Tetapi setiap tatap mata, ada makna yang tanpa kita sadari mengalir. Hal-hal kecil yang kita anggap tidak penting, justru menjadi kunci untuk membantu kita agar dapat mengambil langkah pertama yang masih penuh tanda tanya.

Dari berbagai pintu, salah satu yang harus kita ketuk. Pintu yang mana yang sesuai dengan isi hati? bagaimana apabila salah mengetuk? siap mengambil konsekuensi apa ada dibalik pintu yang kita ketuk? apa setelah membukanya kita menyesal salah memasuki pintu? Semua dibalik pintu pasti ada mutiara, hanya saja kita yang terlalu cepat menilai.

Langkah pertama untuk mengambil sebuah tindakan selalu menjadi hal yang tersulit untuk dilakukan. Walaupun aku tahu bahwa setelah langkah pertama tersebut, langkah berikutnya akan terus mengalir. Aku tahu kini aku mulai melangkah, pelan tetapi setidaknya langkahku sekarang memiliki arah. Kini aku berada di persimpangan yang aku harus menekan hati lebih dalam lagi. Karena aku tahu, semua jawaban terletak dalam sanubariku.

Kini aku sedang menghadapi rasa takutku dalam realitas permainan di dunia ini. Aku menjalankan hari-hari tanpa struktur yang jelas. Setelah semua rencanaku yang kususun dengan rapih hancur seketika, kini aku berjalan sedikit lebih pelan agar bisa melihat ke kanan dan ke kiri agar perjalanan mundur waktu itu tidak sia-sia dan bisa menambahkan wawasan dan menjawab pertanyaan mengapa aku hidup dan harus menjalani hidup ini.

lundi 13 octobre 2008

Feeling Narrow

Bulan demi bulan, minggu demi minggu, jam demi jam, menit demi menit dan detik demi detik, hidupku terus bergulir bagaikan roda yang bergelinding. Perjalanan hidup memang selalu penuh dengan teka teki dan kejutan-kejutan yang menarik, hingga pada satu hari, aku pun tidak merasakan apa-apa dan kehilangan 'rasa' yang disebut dengan ketenangan. Aku tahu, kesannya sebegitu kelamnya hari-hariku, yang pasti aku rasakan bawa perasaanku perlahan-lahan mencair. Sepertinya aku sudah cukup banyak menghabiskan waktu menahan hal yang sepatutnya aku pertahankan.

Aku mencoba menenangkan pikiran dengan menekan perasaan ini dimana yang perlahan-lahan aku pun mulai terdorong kebelakang. Semua bercampur aduk menjadi satu, perasaan kesal yang tak dapat dijelaskan, tertawa, sedih, cinta dan bahkan kekecewaan yang seharusnya tidak pernah ada. Perlahan-lahan semua ini mengalir bagaikan sungai mencari tempat yang aman, jauh dari hatiku. Dalam sanubariku, aku memang khawatir. Tetapi aku mencoba untuk tidak mengingatkannya terlalu lama, karena aku takut akan membuka sebuah pintu dimana aku tidak dapat menguncinya kembali.

Nenek pernah bilang
"False tears are capable of hurting other people, false smiles are capable of hurting one's self"

Apa betul tangisan yang dibuat-buat dapat melukai orang lain? dan senyum palsu dapat melukai diri sendiri? Sekilas kalimat diatas terkesan aneh, namun kini aku menyadari makna yang sebenarnya.

Aku selalu mencoba untuk menutupi perasaan ini, tetapi rasa khawatirku selalu ada. Berapa lama aku dapat bertahan dalam kondisi seperti ini? Yang pada akhirnya, aku harus sadar bahwa sebenarnya "i'm not okay".

Pada saat itu, aku harus melakukan perjanjian pada diriku di depan orang-orang, untuk berpura-pura bahwa aku ini baik-baik saja. Dimana dalam keadaan tertentu, hal itu dapat menghancurkan diriku lebih dalam dari yang seharusnya. Aku menyadari, kehidupanku untuk 2 tahun terakhir ini selalu penuh dengan ketidakpastian dan ketidakjujuran. Aku selalu menyimpan sebuah rahasia dari diriku, membiarkan perasaan kesal dan sedih karena tidak berdaya yang terus menggeruti pikiranku. Aku selalu berpikir, keadaanku mulai membaik dari sebuah penyesalanku yang terbesar, tetapi pada faktanya, hal itu masih terus berterbangan baik di hati ataupun pikiran.

vendredi 3 octobre 2008

Keikhlasan Hati

Mencoba Ikhlas dengan keadaan yang tidak bisa membuat kita ikhlas adalah suatu yang sulit, tapi ternyata dengan Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna. Rasa Ikhlas bisa berkaitan dengan kebahagiaan. Jadi jika kita bisa membuat dan mengkondisikan suasana hati kita pada posisi ikhlas maka kita akan merasa bahagia atau tenang. Pernahkan kita tiba-tiba hati kita merasa bahagia tanpa sebab apapun. Rasa itu sebenarnya diakibatkan oleh rasa Ikhlas atas apa yang kita terima baik saat karunia yang kita dapat atau musibah yang kita dapat.

Perlu diingat saat ditimpa suatu musibah pasti akan sulit kita ikhlas menerima apa yang terjadi kepada kita, tapi coba lag ingat dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, Setiap tangisan pasti akan ada ada sebuah senyuman. Seorang yang ikhlas akan memiliki kekuatan yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya yang selalu tenang dan damai.

Kalimat yang selalu terlintas ketika menerima musibah adalah
"Kenapa aku yang harus menerima musibah ini? kenapa aku?"

Ubah pola pikir dengan mengubah pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan.
"Kenapa bukan aku?"

Seseorang yang selalu meratapi apa yang terjadi, menyesali kesalahan atau kekeliruan yang dibuat dan terpaku pada waktu mereka yang terbatas hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan dan dan keputusasaan dengan sebuah keikhlasan menerima apa yang terjadi, akan membuat kita kembali menatap sesuatu kejadian dengan penuh pesona, terima dengan ikhlas apa yang kita miliki, apa yang terjadi, dan apa yang menimpa kita, maka tidak akan ada lagi sesuatu menjadi sebuah beban. Menjadi ikhlas saat hati tidak bisa menjadi ihklas adalah tetap yang terbaik, ujian atau cobaan pasti akan terus mengalir, ikhlas menerima dan sabar menjalani adalah sebuah kunci dalam menjalani semua yang ada.