Sesuatu yang ingin kita sampaikan, namun tidak bisa sampai terhadap orang tersebut. Niat baik dari sanubari ternyata di mata orang yang ingin kita sampaikan, malah justru menjadi hal yang terburuk. Komunikasi yang simpang siur, yang tidak jelas tujuan pembicaraanya membuat orang salah pengertian.
Setiap insan di dunia pasti memiliki masalah. Baik masalah yang ringan ataupun masalah yang sampai membuat dahi kita berkerut. Mungkin masalah yang kita hadapi tidak berat untuk orang lain, tetapi bagi orang yang menerima bisa jadi itu yang terberat. Kadar kriteria masalah yang berat untuk setiap orang berbeda-beda. Memberi pendapat dengan mengucapkan 'i know how u feel' merupakan kalimat yang salah. Mungkin kita pernah mengalami masalah dengan hal yang serupa dengan dirinya. Tetapi letak pertanyaanya, kondisi jiwa raga kita dengan mereka tidaklah sama. Disinilah kehidupan masa lalu menjadi peran utama. Hal-hal yang terjadi di masa lalu, membentuk diri kita yang sekarang. Walaupun titik permasalahan intinya sama, namun mental setiap orang berbeda-beda.
Sebagian orang mungkin bisa langsung melangkah ke depan dengan tidak menoleh ke belakang, namun aku yakin tidak sedikit pula orang yang melangkah sekali-kali akan menoleh ke belakang. Mungkin yang menjadi pertanyaan kenapa harus menoleh kebelakang? apa biar tidak terjatuh dilubang yang sama?
Saling tenggang rasa, kadang-kadang justru menjadi titik awal dimana 'misunderstanding' bisa terjadi. Saling memikirkan satu sama lain, kadang-kadang terjadi salah pengertian yang niat baik justru untuk lawan bicara, malah menimbulkan 1000 pertanyaan lainnya.
Ketika hati sedang panas, aku berusaha menenangkannya. Namun apa yang terjadi? orang tersebut malah menilai bahwa diriku senang dengan keadaannya yang sedang tidak stabil. Disisi lain, ketika hatinya kembali sedang panas, aku berdiam diri dan tidak menyinggung atau bertanya-tanya kepada orang tersebut. Niatku agar dia menenangkan emosi lalu kemudian bercerita dengan hati tenang, malah membuat dirinya menjadi kecewa, karena dimatanya aku tidak peduli dengan masalahnya.
Sungguh ironis permainan di dunia ini. Sepertinya setiap tindakan atau gerak gerik kita itu pasti ada titik kelemahannya. Yang menjadi sasaran sebenarnya bukan apa yang harus kita lakukan ke mereka agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, tetapi kapan kita harus bertindak untuk dapat menenangkan mereka.
Setiap insan di dunia pasti memiliki masalah. Baik masalah yang ringan ataupun masalah yang sampai membuat dahi kita berkerut. Mungkin masalah yang kita hadapi tidak berat untuk orang lain, tetapi bagi orang yang menerima bisa jadi itu yang terberat. Kadar kriteria masalah yang berat untuk setiap orang berbeda-beda. Memberi pendapat dengan mengucapkan 'i know how u feel' merupakan kalimat yang salah. Mungkin kita pernah mengalami masalah dengan hal yang serupa dengan dirinya. Tetapi letak pertanyaanya, kondisi jiwa raga kita dengan mereka tidaklah sama. Disinilah kehidupan masa lalu menjadi peran utama. Hal-hal yang terjadi di masa lalu, membentuk diri kita yang sekarang. Walaupun titik permasalahan intinya sama, namun mental setiap orang berbeda-beda.
Sebagian orang mungkin bisa langsung melangkah ke depan dengan tidak menoleh ke belakang, namun aku yakin tidak sedikit pula orang yang melangkah sekali-kali akan menoleh ke belakang. Mungkin yang menjadi pertanyaan kenapa harus menoleh kebelakang? apa biar tidak terjatuh dilubang yang sama?
Saling tenggang rasa, kadang-kadang justru menjadi titik awal dimana 'misunderstanding' bisa terjadi. Saling memikirkan satu sama lain, kadang-kadang terjadi salah pengertian yang niat baik justru untuk lawan bicara, malah menimbulkan 1000 pertanyaan lainnya.
Ketika hati sedang panas, aku berusaha menenangkannya. Namun apa yang terjadi? orang tersebut malah menilai bahwa diriku senang dengan keadaannya yang sedang tidak stabil. Disisi lain, ketika hatinya kembali sedang panas, aku berdiam diri dan tidak menyinggung atau bertanya-tanya kepada orang tersebut. Niatku agar dia menenangkan emosi lalu kemudian bercerita dengan hati tenang, malah membuat dirinya menjadi kecewa, karena dimatanya aku tidak peduli dengan masalahnya.
Sungguh ironis permainan di dunia ini. Sepertinya setiap tindakan atau gerak gerik kita itu pasti ada titik kelemahannya. Yang menjadi sasaran sebenarnya bukan apa yang harus kita lakukan ke mereka agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, tetapi kapan kita harus bertindak untuk dapat menenangkan mereka.