vendredi 26 juin 2009

Ketika Rasa itu datang

Sudah hampir ratusan kali aku mencoba meyakinkan diriku untuk melangkah ke depan dan melupakan dirinya, tapi setiap kali aku melihat dirinya di depan mataku, atau setiap kali aku bercakap-cakap dengan dirinya, rasa itu kembali lagi padaku.

Entah, aku sendiri kurang pandai menjelaskannya dalam kata-kata. Rasa macam mana yang muncul di hati ini. Yang aku tahu, rasa yang akan selalu mengingatkan aku kepada masa-masa di mana aku masih rela untuk mengorbankan harga diri dan meneteskan air mata untuknya.

Aku tahu, mungkin aku hanya satu dari seratus orang yang mencoba untuk menembus perisai yang telah melekat pada dirinya. Aku tahu, sehingga akupun memasang perisai pada diriku, hanya untuk berjaga-jaga. Namun perisai ini ditembus dengan mudah, yang melukai hatiku.

Ia sering kali memberi tanggapan yang hangat, berbicara seolah-olah kemungkinan apa yang kuinginkan itu tidak padam. Tapi, entah mengapa. Seperti angin lalu saja... Lama kelamaan, aku dibuat bingung, namun aku langsung berkaca agar mengingatkan diriku bahwa ia memang terlalu baik buatku.

Aku sempat diberi cahaya kecil, namun tiba-tiba tanpa alasan yang kumengerti cahaya itu sirna seketika. Aku sudah tahu dari awal, bahwa ia ramah, supel dan baik ke semua orang. Akhirnya aku sadari bahwa ia memberikan perhatian yg lebih kepada orang lain. Kesal aku diombang-ambing seperti itu.

Sampai akhirnya kuketahui siapa pria tersebut. Alisku melemah, cahaya di wajahku meredup, aku bersedih untuknya, untuknya yang tak pernah memberi perhatian padaku, untuknya yang jatuh cinta kepada pria yang salah. Tapi itulah cinta, datang tanpa memberi tahu terlebih dahulu.

Aku selalu berpikir bahwa diriku ini sakit karena ketidakpastian, namun ternyata ia merasakan hal yang sama ke pria lain. Aku sempat tersenyum, namun kurva senyumanku luntur kembali, aku tak ingin ia merasakan sedih apa yang aku rasakan karena hati yang tak kunjung jelas dibalaskan. Aku berprihatin untuknya.

Sejak hari aku tahu bahwa ia memberi panah cupidnya untuk orang lain. Kukubur dalam-dalam perasaan bodoh ini. Ketakutanku untuk meyakinkan dan mengucapkan rasa ini padanya, kubuang jauh-jauh ke pegunungan karena aku tahu, aku benar-benar harus membuang jauh semuanya. Tak ada lubang kecilpun agar cahaya ini bisa masuk. Tak ada gunanya lagi, aku menghancurkan harapan masa depanku hanya untuk seseorang yang mengagumi orang lain.

Aku belajar suatu pelajaran baru, pelajaran bahwa ada waktunya engkau maju dan ada waktunya engkau mundur.... Karena itu, aku tidak percaya lagi dengan lagu-lagu nasional yang menyebutkan "Maju terus pantang mundur". Karena justru tanpa engkau belajar untuk mundur, engkau tak akan pernah menang. Terapkan dalam seluruh masalah dalam hidupmu, dan engkau akan tahu apa maksudku.

Namun aku tetaplah hanya seorang laki-laki biasa. Walaupun aku telah berkata demikian, namun aku masih menyimpan harapan kecil itu di lubuk hatiku. Cahaya hatiku memang redup, bahkan sangat redup. Namun cahaya itu jauh dari padam. Selamanya tidak akan padam...

- untuk semua prajurit yang berperang di luar sana

3 commentaires:

Anonyme a dit…

Jelas banget Drul.. Kedat-kedut mata sie oknum pas lo nulis..Wish u luck :)

ronald a dit…

drul, gw juga punya blog,, tapi gak keurus gitu... hahahaha

http://ronald-s.blog.friendster.com/

Anonyme a dit…

i like your story..
:p..

make me learn to 'respect' my life.. which more 'anugerah atas kebesaranNya'.. kahususnya.. about 'love'... hihi