mercredi 3 décembre 2008

Age Reminder

Ketika kedua mataku perlahan-lahan mulai mengecil, sekitar jam 12 malam lewat sedikit. Terdengar bunyi halus dari telpon genggamku, sedikit malas aku coba merahi dan membaca pesan singkat tersebut. Aku selalu berpikir, siapakah orang pertama yang akan mengucapkan selamat kediriku ini. Seperti yang sudah kuduga, seorang teman yang kuanggap dekat melebihi kecepatan waktu ketimbang orang lain mengucapkan selamat.

Aku kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidur yang empuk. Angin dari AC yang dingin dan sejuk, membuat aku merasa nyaman dan kembali merenung di tengah kegelapan. Kembali merenung kehidupan yang telah kujalani hingga hari ini. Apa yang sebenarnya telah kuraih sepanjang hidupku ini? apakah ada sesuatu yang berarti? Kadang-kadang aku selalu melupakan identitasku yang sebenarnya ketika aku berada di lingkungan kehidupan yang sekarang ini. Namun malam ini, semua itu menyadarkanku, bagaikan alarm yang mengingatkanku akan jati diriku yang sebenarnya.

Esoknya, ketika bertemu dan kembali berinteraksi dengan orang-orang disekitar, aku kembali duduk sendiri. Suasana di sekitar memang sedang sepi, namun terlihat beberapa perkumpulan yang sedang tertawa lepas. Renungan semalam, kembali mengapung di pikiranku. Mengingat itu semua, aku sendiri sekarang merasa heran kenapa amarahku tidak meluap bersamaan dengan mereka yang disekitarku ketika tak henti-hentinya mereka membicarakan sesuatu yang dapat menyinggung diriku ini. Mungkin aku telah merasa lelah, 2 tahun terakhir ini, aku selalu menanti-nantikan dimana aku bisa kembali ke posisi dimana seharusnya aku berada. Menantikan saat saat itu, kini aku lebih menyalahkan sebagian besar dari pengalaman itu pada diriku sendiri. Entahlah, yang pasti itulah kata-kata yang meluncur dari mulutku tadi siang. Ya, aku benar-benar sudah terlalu capek menghiraui masa depan, menghiraukan pendapat orang lain dan teman-temanku, walau mereka tak ingin menyebut.

Pada akhirnya diriku menjadi lebih emosi dan sensitif, sehingga terdapat beberapa menit aku tidak bisa mengontrol jiwa ragaku. Aku mencoba mengatur kembali napasku yang telah terengah-engah seperti orang yang baru lari. Aku harus bisa menjadi lebih dewasa dan lebih sabar. Tetapi jujur berkata, walaupun aku menerima secara penuh takdir perjalanan kehidupanku ini, tetapi tidak sedikit aku termenung tiba-tiba tanpa sebuah alasan yang jelas.

1 commentaire:

Anonyme a dit…

happy belated birthday :)