mercredi 17 décembre 2008

More than meets the eye

Setiap ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Bagaimana sih rasanya berpisah tanpa sebab yang jelas? Niat kita yang baik, justru menjadi tombak kediri kita yang membuat kita terpisah. Ketika mendengar ucapannya, aku terdiam membisu tidak bisa berkata apa-apa. Ungkapan tersebut sepertinya sudah lama ingin terlontarkan, namun waktunya saja yang belum tepat. Walaupun pada akhirnya, ucapan yang membuat hati menjerit terlontarkan pada waktu dimana otak sedang bergelut dengan soal-soal ujian.

Belasan anak panah serasa menusuk sanubari, terutama ketika aku membaca sebuah kalimat yang tak pernah kusangka bisa terlontarkan dari mulut seorang gadis yang dikenal dengan kepolosannya. Apa seburuk itukah citra diriku dimatanya? sampai ia berani berkata, bahwa hidupnya beberapa bulan terakhir ini seakan-akan tidak ada gunanya. Apa kalian mengerti kata nonsense? apabila iya, apa yang akan kalian rasakan ketika seseorang mengatakan waktu yang dibagi bersama kita,itu adalah nonsense baginya? Jujur, aku merasa terhina, terpukul, sakit, sedih dan yang paling utama adalah aku sangat kaget.

Ibuku pernah bilang,
"Girls, there's a lot more to them, than meets the eye"

Aku sempat berpikir berkali-kali dari kalimat ini, yang pada akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa makna diatas sama artinya dengan kalimat "Don't judge books, by it's cover"

Penampilan seseorang, tidak seperti yang kita bayangkan. Entah aku merasa tertipu oleh kepolosan dan keluguannya, atau memang aku sudah sangat keterlaluan sehingga kalimat pedas bisa terucap dari mulutnya. Kenapa? dimana letak salahku? Aku tidak bilang bahwa aku tidak bersalah, tetapi aku ingin tahu, apakah rasa perhatian itu bisa membuat orang menjadi tidak nyaman?

Aku bisa mengerti apabila aku terlalu 'overprotective' atau 'posesif'. Aku belajar dari pengalamanku sebelumnya, bahwa semua itu tidak ada gunanya karena akan menimbulkan kesan bahwa kita tidak percaya. Namun, kali ini aku sangat yakin bahwa aku tidak seperti ini, karena aku selalu belajar dari kesalahanku.

"Everyting happens for a reason"

Setelah berpikir jernih, seharusnya hal ini adalah sesuatu yang tidak baru. Bersama dengan dirinya, memang tidak ada bedanya dengan teman-teman lain. Hanya saja, aku bisa memberikan rasa perhatianku yang sedikit lebih. Pertemuan kami yang hanya sebatas di daerah aktifitas kita sehari-hari. Bahkan untuk menghabiskan waktu diluar dan hanya bersamanya, merupakan hal yang mustahil. Namun aku terima apa adanya, aku respect kepribadiannya dan keadaannya. Aku tidak memaksanya. Aku berpikir kita bisa melangkah lebih jauh lagi. Tetapi sekarang ini, semua itu hanya harapan hampa, karena semua kesempatan telah sirna.

"I'm full of blood, but still breathing. Coz i know, sooner or later, another story will come into my life."

2 commentaires:

Anonyme a dit…

If Everything has been written down,
so why you worry to see

tieta soewarto a dit…

bagaimana resolusi?
tercapaikah?