mercredi 17 septembre 2008

Sabar ada batas?

Rasa kesal pasti pernah hinggap di hati setiap insan yang menghirup napas dibumi ini. Pertanyaannya, bagaimana cara menekan amarah ini agar kurva senyuman yang terbentuk tidak luntur begitu saja? apakah perasaan kesal itu harus dipendam ke dalam diri sendiri? atau langsung disampaikan kepada yang berpihak?

Merasa sudah mengenal watak orang tersebut, merupakan pemikiran yang salah. Watak setiap orang selalu berkembang detik demi detik. Kejadian apapun yang terjadi/menimpa dirinya akan mengembangkan pemikiran orang tersebut. Dari daya pengamatannya yang kecil hingga ruang lingkup yang lebih besar. Itu menunjukkan, bahwa setiap orang yang mengalami masalah berarti dia sedang diuji, sampai mana ia dapat mengatasi masalah itu dengan kepala dingin. Sampai mana ia akan bersabar menerima kenyataan yang tidak sesuai yang diinginkan.

"Kesabaran itu itu tidak ada batasnya..."

Aku sempat mengerutkan dahi dan berpikir makna yang tersirat dari kalimat tersebut. Bukannya semua itu akan selalu ada batasnya? Namun kalimat tersebut menjadi sebuah satuan yang jelas maknanya ketika aku mendengar sebuah kalimat yang diucapkan hampir setiap insan ketika ia sedang kesal terhadap orang, yaitu "Kesabaran gua ada batasnya juga..."

Pernahkah mendengar kalimat tersebut terlontar dari mulut orang?
Aku yakin hampir 100% dari manusia yang sedang kesal terhadap orang lain akan mengucapkan kalimat ini. Makna dari kata 'Sabar' adalah menahan emosi agar tidak meletus ke umum. Apabila seseorang mencoba untuk bersabar, namun pada akhirnya, ucapan caci maki pun keluar dari sarangnya. Pada akhirnya kalimat yang tertulis diatas pun terlihat letak kesalahannya.

Ayah pernah bilang.
"Sabar itu tidak ada batasnya, Bila emosi pada akhirnya meluap, berarti orang tersebut tidak sabar. "

Ucapan tersebut kembali terbesit dalam hati kecilku. Ketika entah kenapa, seseorang yang bisa dibilang teman dekat, ia bertingkah laku yang diluar pikiranku. Aku menyadari bahwa diriku memang salah. Tetapi kurasa, kesalahanku itu tidak setimpal dengan permohonan maaf yang telah kulontarkan berkali-kali. Ia tahu jelas bagaimana diriku terhadap dirinya. Ia tahu jelas bahwa hal yang kuucapkan tersebut tidak maksud apa-apa. Tetapi mengapa tingkah lakunya kediriku berkesan aku telah merusak kehidupannya?

Saat itulah, harga diriku kembali menjadi peran utama. Aku mulai merasa sedikit kesal untuk terus meminta maaf tanpa dirinya mencoba untuk membuka pintu maaf. Ucapan 'habis kesabaranku' pun hampir terucap, namun aku mencoba menarik napas yang panjang mengingat bahwa 'sabar itu tidak ada batasnya'

4 commentaires:

L. Pralangga a dit…

sabar itu pelita hati... memang perlu latihan sih, from the simple case to the complex ones.. patience is always put to the test..

I guess when you are in such a dissapointment, perhaps expect much less.. this time you patience will grow at its best.

Good to have found your blog, regards from West Africa.

Anonyme a dit…

sabar tuh susah banget.... Allah tahu abnget celah-celah sensitif buat menguji kesabaran kita. Pokoknya kalau lagi marah, DIAM aja dah..

Presyl a dit…

iya si..gw juga selalu bilang ke diri gw bahwa sabar tidak ada batasnya,,tetapi amarah yg terbatas.. meski kya gitu juga gw sering nelen omongan gw sendiri..
yah..belajar sabar aja terus..

salam kenal..

Nay a dit…

memang susah juga ya kak, kalo begitu...

tapi kalau kakak sayang ama orang ini, pasti bisa untuk bersabar...

:) cheers..