mardi 23 septembre 2008

Just a thought

Beberapa hari ini, aku selalu berpikir apakah mungkin untuk mengerti mengapa seorang akan melakukan sesuatu yang berhubungan erat dengan diri kita, tetapi tidak memaafkannya untuk melakukan hal tersebut.

Secara logika, setelah mengerti sebuah alasan, yang berikut akan datang setelah itu adalah 'forgiveness'. Tetapi pada faktanya, tidak semudah itu untuk mengerti seseorang yang menusuk dari belakang. Kita memang memaafkannya, dan bertingkah laku seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi pada dasarnya, hati yang terluka sudah terbesit di hati dan tidak akan pulih sepenuhnya Walaupun kita memang memaafkannya.

Akhirnya aku mulai menyadari, bahwa aku tidak senang dengan pertengkaran. Baik terhadap orang yang tidak kukenal sekalipun, apa lagi dengan mereka yang penting buatku. Aku memang orang yang tidak mudah marah ataupun kesal. Aku selalu mengandeng prinsip, orang baik terhadap diri kita, kita wajib membalasnya dengan perilaku yang lebih baik. Lalu apa yang terjadi orang yang jahat dengan kita? Apakah kita harus membalasnya berkali-kali lipat? Setidaknya itu yang prinsip yang kupegang, namun aku tahu bahwa aku tidak bisa bertindak kasar ke orang lain.

Belum lama ini, aku kembali sadar bahwa aku selalu menganggap diriku ini adalah seorang pendekar di medan pertempuran dalam hal memaafkan. Aku akan melintasi medan tersebut dengan armor yang tebal, aku akan melatih baik jiwa dan ragaku. Aku melatih agar dapat mengontrol emosiku. Walaupun keluar dari medan pertempuran tersebut, aku selalu penuh dengan luka-luka. Tetapi aku akan baik-baik saja. Aku memaafkan perilaku mereka yang telah membuat hatiku ini piluh bagaikan luka yang terkena air garam.

Sesusah itukah memaafkan orang? sesusah itukah untuk meminta maaf?
Sesusah itukah untuk mengalah agar tidak terjadi konflik yang tidak perlu?

Ayah pernah bilang.
"Mundur selangkah, untuk maju 1000 langkah..."

Aku selalu mengalah. Baik dari lingkungan dalam rumah ataupun dengan teman-teman. Aku lebih mengalah membiarkan ide di kepala mereka berjalan. Aku tidak mau berdebat panjang yang mengakibatkan kemungkinan konflik yang terjadi. Aku sadar bahwa hal itu tidak baik. Maka dari itu, sebelum mundur, aku akan memberi beberapa masukan, namun pada akhirnya aku lebih memilih untuk mengalah.

Apa itu berarti aku tidak akan bisa menjadi pemimpin?
Apakah itu berarti aku seorang yang tidak tegas?

5 commentaires:

Tha..^^ a dit…

kadang-kadang sifat tegas dan egois memang perlu yah? :)

Tha..^^ a dit…

kadang-kadang sifat tegas dan egois memang perlu yah? :)

Me, My Self and I a dit…

mengalah bukan berarti seseorang tdk bs jadi pemimpin ataupun menunjukkan ketidaktegasan seseoran, Tapi justru memperlihatkan bahwa orang tersebut memiliki jiwa yang besar untuk bisa menerima ide, pendapat dan masukan orang lain.

tapi perlu kita sadari bahwa terus mengalah juga bukan hal yang baik, terkadang dibutuhkan sikap tegas untuk mempertahankan pendapat yang memang memberikan kebaikan untuk semua orang, bukan cuma untuk menunjukkan kekuasaan aja...

hm...i enjoyed reading your blog drul..

nabilah a dit…

"Mundur selangkah, untuk maju 1000 langkah..."

Fyra Dhyta a dit…

om, om, gw baru sadar, bonyok gw aja blom gw cium tangannya, lo udah gw duluin..ckckckc..semangat ya om, kalo gw mundur selangkah buat maju sejuta langkah,, hehe..