samedi 11 juillet 2009

Cerita Pendek 2

LiLin itupun Padam

Laki-laki itu datang tergesa – gesa, tampak matanya menjelejahi tempat ini, sepertinya ia mencari seseorang. Lama ia terdiam mencari namun sepertinya orang yang ia cari tidak ada. Sembari menghela nafas ia pun berjalan ke meja di pojok kafe ini, tampak sebersit sinar kekecewaan nampak di wajahnya yang polos.

Setelah ia duduk ia pun segera memesan minuman, seperti biasa katanya kepada pelayan yang menghampiri sembari tersenyum yang dipaksakan, sepertinya ia nampaknya sudah biasa datang ke kafe ini dan pelayan pun hafal akan pilihan pesanannya, dan ia pun kemudian menambahkan untuk memesan satu tambahan yang biasa lainnya, kemudian pelayan itu pun mengangguk, tersenyum dan meninggalkan laki-laki tersebut.

Laki-laki itu duduk dengan gelisah, tangannya terus mengaduk- aduk cafee-latte krim pesanannya. Ia masih menunggu seseorang hanya ditemani cafee-latee dan sebuah lilin. Nampak sesekali ia menarik nafas panjang, sepertinya ada beban yang sangat berat di pundaknya, yang ingin segera ia lepaskan. Kemudian ia melihat jam ditangannya dan kembali menarik nafas panjang. Sesaat kemudian matanya menyapu seluruh penjuru kafe ini, suasana yang tenang dengan musik yang mengalun lembut semakin romantis dengan sebuah lilin yang menyala di tengah – tengah meja dihadapannya, ia merasa dulu sangat menyukai suasana kafe yang berada dikawasan kemang ini namun sekarang rasanya sangat berat berada disini.

Kemudian matanya menatap keluar jendela dengan menghela nafas ia pun menatap keluar, untaian kilauan cahaya lampu daerah kemang yang mungkin dapat meredakan kegalauan hatinya namun tetap ia merasa gelisah, menunggu.

Cukup lama ia menunggu, dan cukup lama pula ia melamun menatap keluar jendela kafe, entah apa yang ia pikirkan, entah apa yang ia lihat tidak ada yang tahu kecuali laki-laki itu sendiri.

“Maaf membuatmu menunggu.” kata seorang wanita yang tiba tiba berada di depan laki-laki itu, membangunkan laki-laki itu dari lamunannya “Macet.” Kata wanita itu lagi sambil tersenyum.

Laki-laki itu nampak kaget dengan keadaan yang tiba – tiba tersebut, namun kemudian ia tampak dapat menguasai diri. “Aku tahu, aku juga baru sampai.” Katanya sambil menghela nafas.

"Ga mungkin, I know u.."Jawab wanita itu yang sudah kenal sifat laki-laki itu yang selalu tepat waktu. Laki-laki itu hanya tersenyum.

Musik terus mengalun lembut, semerbak wangi sedap malam membuai tetapi mereka berdua kemudian terdiam, terjadi kekakuan diantara mereka.

Wanita itu kemudian mengambil minuman didepannya iced coffee dan meminumnya. “Tadinya minuman itu iced coffee tapi karena kelamaan jadi kopi biasa, rasanya jadi aneh yah?” kata laki-laki itu tersenyum, senyum yang ternyata dapat mencairkan kekakuan yang ada.
“Ah, engga masih enak koq” wanita itu menjawab dengan senyuman, nampak kelegaan di wajahnya karena suasana menjadi cair.

Kemudian laki-laki itu memegang kedua tangan perempuan itu dengan lembut dan berkata “Selamat hari jadi yang kedua, sayang.” Katanya dengan menatap perempuan itu dengan lembut.

“Selamat hari jadi kedua juga, aku gak pernah nyangka kita bila melalui sampai hari ini.” Ucap perempuan itu dengan senyum.

“tak terasa dua tahun itu cepat, dulu kita jadian disini….” Ucap wanita itu dengan lirih, dan melepaskan tangan laki-laki itu.

“Iya.” Ucap laki-laki, pandangannya menatap kedua mata wanita itu..Mereka terdiam kembali, cukup lama masing – masing berada dalam lamunannya sendiri.

“Aku sudah berfikir dan sebaiknya kita menjadi teman saja” Kata sang wanita tiba – tiba, matanya menatap mata laki-laki itu dalam - dalam. “Hubungan kita tidak bisa dipaksakan lagi, rasa cinta itu sudah tidak ada lagi diantara kita..” Wanita itu menarik nafas panjang “Dari pada kita saling melukai, menyakiti satu dengan lainnya lebih baik kalau kita berjalan sendiri – sendiri saja.”

“Aku juga berfikir sama, lebih baik sakit sekarang, daripada terus berhubungan dengan perasaan palsu, lebih baik kita akhiri sekarang.” Kata laki-laki itu tersenyum, senyum yang membingungkan. Gadis tersebut cukup kaget dengan senyum itu, namun dalam hati ia merasa tenang, tenang karena merasa laki-laki itu dapat menerima keputusan putus.

“Sekarang kita bisa mengenang yang indah – indah tanpa ada duri yang mungkin akan ada bila kita tidak mengakhirinya sekarang.” Wanita itu berkata lagi, nampak wajahnya sangat lega.

“Kita tetap menjadi teman?”

“Iya, teman.” Jawab wanita itu

Mereka pun kembali terdiam, hanyut dalam pikirannya masing – masing.

“Aku mau pulang, kamu?” tanya wanita itu.

“Nanti…”
“Oh..”
“Hati – hati” kata laki-laki itu tersenyum, ia tersenyum untuk menghilangkan kekhawatiran wanita tersebut akan keadaan dirinya, ia tersenyum untuk memberi tahu bahwa ia kuat.

“I know” wanita itu tersenyum, senyum yang terakhir.

Laki-laki itu tidak menangis, hanya saja hatinya dibanjiri oleh air. Ia sudah tahu bahwa malam ini akan terjadi sesuatu yg membuatnya harus melangkah ke depan. Laki-laki itu sudah memasang perisai, namun ucapan wanita itu menebus perisai yang dia miliki itu. Sosoknya yang tegar itu hanya sebatas diluar, namun hatinya sehalus kapas. Laki-laki itu tidak sekuat yang ia kira. Sakit, pedih semua menjadi satu.
Tak lama ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk.

"Maaf kalo aku telah nyakitin kamu. Kmu pria yang baik. Aku yakin kamu akan menemukan wanita yang lebih baik dariku."

Membaca pesan itu, laki-laki itu hanya memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam kemudian ia beranjak dari tempat duduknya meninggalkan lilin yang lama – lama sinarnya meredup dan kemudian mati.

Aucun commentaire: