jeudi 10 janvier 2008

Memori Menunggu

Menunggu akan sebuah jawaban merupakan pekerjaan yang sangat jenuh. Sekilas, menunggu adalah hal yang gampang untuk dilakukan. Walaupun pada kenyataan bahwa orang yang berpikiran seperti itu, memberi tanda bahwa ia tidak pernah menunggu sebuah jawaban.

Beberapa bulan ini pekerjaanku yang tetap adalah menunggu. Baik menunggu jawaban dari Universitas, menunggu hingga waktu kita untuk mulai bergerak, masalah asmara dan masih banyak lagi. Menunggu sesuatu yang tidak tahu kapan menerima sebuah penjelasan, jelas akan lebih jenuh dan capek ketimbang mengerjakan sesuatu yang rumit.
Setidaknya itulah yang kualami sekarang. Aku tidak mempunyai aktifitas apapaun, pekerjaanku hanyalah dirumah dan menemani/mengantar ibu pergi apabila perlu. Tetapi selain itu, apa yang kulakukan 7 hari penuh tersebut? secara spesifik tidak ada kegiatan yang tetap. Tetapi setiap hari, akan ada saja sesuatu yang kita kerjakan dan tidak terasa hingga beduk magrib.

Saat-saat seperti ini sebenarnya banyak nilai plus yang bisa kupetik. Yang pasti menjadi pengangguran itu sungguh tidak sangat enak. Pikiran kering, rambut jadi keritik, hati yang gelisah. Dengan pengalaman pengangguran yang kumiliki, yaitu pertama aku menganggur 1 tahun ketika aku baru lulus SMU, hingga aku kuliah di Prancis.
Suatu keadaan yang membuatku balik ke Jakarta utk lanjutkan kuliah membuat diriku kembali menganggur. Dan disinilah sebuah penantian membuat diriku gelisah.

Akhirnya rasa kegelisahan itu hilang. Setelah menunggu jawaban dari Universitas Indonesia selama 6 bulan. Kuperolah jawaban yang positif. Mereka mengabulkan diriku dengan syarat-syarat untuk transfer dan melanjutkan studiku di kampus tersebut, walaupun banyak mata kuliah yang terpotong dan harus kuambil ulang.

Kuyakin semua ini ada nikmat dan arti terselubung. Mungkin nikmat tersebut tidak akan kutemukan secara sadar, tetapi aku yakin akan ada manfaat di masa depan.

Aucun commentaire: