dimanche 4 décembre 2011

Meeting old friends in their wedding days

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam dunia blog setelah hampir 2 tahun aku lebih memilih untuk tidak mempublikasikan baik aktifitasku atau cara aku memandang sesuatu dengan pola pikir yang ada. Pada dasarnya, pasti semua insan di dunia ini memiliki saat-saat dimana ia harus merenungkan semua kegiatannya dan fokus terhadap hal lain sehingga ia lebih memilih untuk menutup diri. Anyway, aku rasa semua itu sekarang sudah tidak penting lagi, Yang penting aku sudah kembali menemukan aspirasi untuk kembali menulis dan mempublikasikan cara pandangku terhadap hal-hal yang terjadi disekitarku. Lets get it On, shall we??

Akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi sebuah undangan pernikahan teman lama ku. Walaupun aku diundang hanya melalui social media network yang berupa softcopy, tetapi aku sudah cukup senang bahwa ia mengingatku. Memang kisah diantara aku dan teman ku yang nikah ini cukup panjang dan unik, karena semasa aku masih duduk dibangku kelas 3, entah kenapa kami berdua selalu dibanding-bandingkan bahwa kita adalah "-theWhiteDu0-" Mengenai lebih dalam tentang sejarah the white duo akan dibahas di lain waktu.

Setelah sekian lama aku selalu bergelut dengan orang-orang yang bisa dibilang lebih muda dariku, setelah aku bertemu kembali dengan teman-teman sesuai identitas asliku. Ada pancaran yang berbeda yang aku rasakan. Perbedaan yang sangat mencolok, namun perbedaan itu entah kenapa membuat kurva disenyumanku kembali terbuka lebar.

Tema diskusi dan pembicaraan sudah tentu pasti berbeda, belum lagi apabila aku melihat disekitarku rata-rata obrolannya sudah mulai menjurus ke arah 'berkeluarga'. Apalagi ketika aku dan teman-teman yang masih single fighter didatangi seorang malaikat kecil yang sedang berlari-lari seakan-akan mau jatuh menghampiri kita dan memukul-mukul halus paha kita. Ya, malaikan kecil yang entah kenapa setiap aku melihat sosoknya, aku pasti tersenyum kecil dan ingin mengankatnya. Tak lama aku dan teman-teman mencubit pipinya dan mengelitiknya dan bertanya-tanya, anak siapakah itu. Tiba-tiba dari belakang sosok yang tak asing muncul. Ya, anak kecil tersebut tak lain adalah anak temanku yang kini sudah menjadi ibu-ibu yang anggun. Sungguh pemandangan yang unik, karena ingatan itu masih teringat dan nempel dikepalaku ketika aku, dia dan teman-temanku masih bercanda gurau di penjara yang sering disebut 'Sekolah'

Semua para single fighter disitu terdiam seketika. Aku tahu dan pahami sekali di sela-sela berapa detik terdiam tanpa suara itu, aku dan teman-temanku memikirkan hal yang sama tak terkecuali. Aku semakin percaya bahwa pada dasarnya setiap wanita memiliki sosok keibuan di dalam sanubarinnya.

Nenek pernah bilang
"Every girls no matter how tough they are, they always have a mother instinct deep within their heart"

Kalimat tersebut terbukti hari ini. Ya, temanku yang memiliki anak kecil bagaikan boneka salju itu tak lain merupakan seorang gadis yang cukup bisa dibilang mendekati sifat pria ketika masih duduk di bangku SMU. Tak pernah ada yang menyangkah bahwa ia bisa menjadi anggun, suatu adegan yang membuat aku dan teman-temanku terkagum-kagum, lebih tak percaya lagi bahwa 'Ibu' itu adalah teman aku yang tomboy dulu, ketika ia menggendong anaknya sambil tersenyum-senyum dan bernyanyi kecil ke anak tersebut.

Mereka telah melangkah kedepan.
Bahkan melangkah jauh dan berada 3 lapisan hidup diatas ku

Kuliah-Kerja-Kawin-Keluarga

Mereka berada di posisi keluarga, lapisan terakhir dari arti dan tujuan kehidupan itu sendiri, sedangkan aku belum baru saja memasuki lapisan kedua dalam kehidupan.

Aku terdiam, namun aku kembali tersenyum.
Aku akan bangkit, dan aku tahu waktu itu tidak lama lagi.

1 commentaire:

Anonyme a dit…

Wah... wah... wah... ternyata udah mulai mikirin berkeluarga euy :D
pasti donk, setiap wanita pasti punya sisi keibuan, biarpun mungkin sebelum dia berkeluarga nggak gitu keliatan :)