mardi 10 mars 2009

Prasangka

Manusia terbelenggu dalam prasangka sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Manusia tidak bebas dari prasangka sejak lahir dari liang rahim hingga masuk liang kubur. Manusia bisa berprasangka terhadap apapun, prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta. Saat ini cenderung orang mengedepankan prasangka di banding dengan fakta yanga ada.

Memang tidak mudah melepaskan baju prasangka setulus tulusnya. Kita harus menyamakan persepsi untuk sebuah pemahaman. Karena sungguh tidak nyaman begitu kita menjadi korban sebuah prasangka. karena ketidak nyamanan jika kita terkena prasangka, maka akan lebih baik jika kita menjauhkan diri dari sikap yang selalu berprasangka. prasangka sering mendatangkan petaka adalah kalimat yang cocok penyesalan biasanya datang menyusul di belakang itu. Begitu banyak masalah dan problem di dunia ini muncul karena prasangka maka butuh kedewasaan dalam mengendalikan pikiran agar kebiasaan berprasangka tidak kita layani begitu saja dan sedapat mungkin kita hilangkan. Kita ganti dengan berfikirpositif sekaligus hati-hati dengan demikian memungkinkan hubungan kita dengan orang lain akan menjadi harmonis dan membahagiakan.

Ketika kita memandang sesuatu persoalan, tanggalkan prasanka-prasangka. Prasangka itu bagaikan sepatu yang nyaman dipakai namun tak dapat digunakan untuk berjalan. Ia memberikan jawaban sebelum anda mengetahui pertanyaannya. Dan, seburuk-buruknya jawaban adalah bila kita tak paham akan masalahnya. Biarkan fakta yang tampak di hadapan, kita terima apa adanya. Jangan biarkan prasangka menyeret kita ke ujung jalan yang lain. Munkin kita merasa aman dengan prasangka kita. Namun sebenarnya ia berbahaya di waktu yang panjang. Bila kita telah mampu melepaskan prasangka, kita akan menemukan pandangan ruang lebih jernih, keberanian untuk mengatasi masalah dan jalan yang lebih lebar. Bila kita mengenakan kacamata, maka yang melihat tetaplah mata kita, bukan kacamata kita. Dan keadaan yang sebenarnya terjadi adalah apa yang berada di balik kacamata. Bukan yang terpantul pada cermin kacamata kita. Demikian pula halnya dengan diri kita, yang sesungguhnya melihat adalah hati melalui mata kita. Prasangka itu adalah debu-debu pikiran yang mengaburkan pandangan hati sehingga kita tak mapu melihat dengan baik. Usaplah prasangka sebagaimana kita menyingkirkan debu dari kacamata karena keinginan kita untuk melihat lebih jelas dan jernih lagi.

1 commentaire:

Fyra Dhyta a dit…

Setujuw udaaaaaaaaaa, =).. Prasangka di awal bikin stress sendiri, padahal blom tentu yang dipikirin bener..